JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace, Bondan Andriyanu, menyatakan Pemerintah DKI Jakarta sudah seharusnya mengingatkan publik terkait buruknya kualitas udara di Jakarta.
Berdasar data yang dimiliki Greenpeace, sejak 2017 lalu polusi udara selalu terjadi pada musim kemarau.
"Mei-Agustus itu akan terjadi peningkatan PM 2,5. Harusnya, ketika itu ada datanya, berarti harus antisipasi. Minimal, mengingatkan kepada publik," ujar Bondan kepada Kompas.com, Senin (19/6/2023).
Ia kemudian memberi contoh, salah satu kebijakan yang patut diapresiasi ialah ketika kualitas udara di Bangkok, Thailand sedang buruk.
Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Tak Sehat, Greenpeace Minta Pemerintah Beri Peringatan
Pemerintah setempat akan menyampaikan kondisi ini kepada publik dan membuat peringatan tentang keadaan yang buruk.
"Harusnya ada urgensi nih, bahwa saat ini kualitas udara sedang memburuk. Nah, itu kan enggak ada di Jakarta, bahkan antarpemerintah pun enggak ada," kata Bondan.
Terkait hal tersebut, lanjut Bondan, Greenpeace menduga bahwa saat ini ada sumber pencemar yang belum dikendalikan secara optimal.
Berdasarkan data IQAir, kualitas udara di Jakarta pada Senin (19/6/2023) siang tidak sehat untuk warga yang sensitif. Data itu merupakan data yang diperbaharui pada pukul 11.00 WIB lalu.
Melansir situs tersebut, indeks kualitas udara di Jakarta bahkan dari dari yang awalnya 105 di pukul 08.00 WIB menjadi 125 di pukul 11.09 WIB.
Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Masih Buruk, Tak Sehat bagi Kelompok Sensitif
Sementara untuk polutan utamanya yakni PM 2,5 dan nilai konsentrasi 45.4 µg/m³ (mikrogram per meter kubik).
"Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 9.1 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," demikian keterangan dari situs IQAir.
Angka kualitas udara di Jakarta itu didapat dari 23 kontributor, termasuk dari AirNow, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan juga PurpleAir.
Catatan ini membuat Jakarta berada di peringkat 4 kota besar dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Adapun peringkat pertama diisi oleh Beijing, China yang memiliki indeks kualitas udara 158. Sementara di posisi kedua, ada Kota Karachi di Pakistan dengan indeks kualitas udara 149.
Baca juga: Minggu Pagi, Kualitas Udara Jakarta Peringkat 2 Terburuk di Dunia
Adapun situs IQAir memberi beberapa saran agar warga terlindung dari kualitas udara yang buruk.
Saran tersebut antara lain, menggunakan memakai masker apabila sedang di luar, menyalakan penyaring udara (air purifier), menutup jendela untuk menghindari udara kotor, dan mengurangi aktivitas di luar ruangan.
Adapun saat ini Kota Jakarta memiliki suhu 32 derajat celcius dengan kondisi cuaca berkabut. Nilai kelembapan udara berada pada angka 80 persen dan hembusan angin 5,5 km/h. Sementara untuk tekanan berada di angka 1.008 mbar (millibar).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.