JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPRD DKI Jakarta, Prastyo Edi Marsudi meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) agar gencar mengampanyekan peralihan kendaraan berbahan bakar minyak ke energi listik.
Upaya itu dilakukan guna menekan polusi udara yang terjadi di Jakarta beberapa waktu terakhir.
"Ya kita kan semua akan menuju ke situ ke mobil listrik, tetap berkampanye bagaimana masyarakat menggunakan mobil listrik," ujar Prasetyo di Gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (20/6/2023).
Adapun upaya lain untuk memperbaiki kualitas udara di Ibu Kota juga dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas transportasi publik. Saat ini, perbaikan transportasi umum disebut sedang berjalan.
Baca juga: Soal Penerapan Kendaraan Listrik, Pemprov DKI Diminta Belajar dari Los Angeles
"Ada pembangunan MRT fase 2, lalu nanti juga fase tiga. Semuanya lagi berjalan. Dari situ baru penekanannya, aturannya ada mungkin jadi ERP atau apa," ucap Prasetyo.
"Karena Jakarta sebagai penunjang Bekasi, Bogor, Tangsel, semua kan larinya ke sini," sambungnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data dari IQAir, indeks kualitas udara di Jakarta hampir tak pernah kurang dari 150 sejak Jumat (19/5/2023).
"Pemda DKI berbenah menambah RTH kita semua menanam pohon sisi lain kurangi emisi dengan uji emisi kendaraan," ujar Heru kepada wartawan, Kamis (8/6/2023).
Selain memperbanyak RTH, Pemprov DKI Jakarta berupaya melakukan peralihan jenis kendaraan dari menggunakan bahan bakar minyak ke listrik, tidak terkecuali Transjakarta.
Baca juga: Pemprov DKI Diminta Beri Subsidi Pengisian Baterai Mobil Listrik
"Transjakarta berbenah gunakan bus listrik pokoknya semua masyarakat sama-sama membantu," ucap Heru.
"Itu jangka panjang ya tetapi dinas lingkungan hidup kan selalu bikin program tes uji emisi ya semuanya harus sama-sama turunkan emisi," sambung Heru.
Buruknya kualitas udara ini telah berdampak pada kesehatan anak-anak. Wilsa Situmorang menjadi salah satu orangtua yang merasakan langsung dampak buruknya kualitas udara ini.
Putrinya yang baru berusia 14 bulan terkena penyakit batuk dan pilek, bahkan mengalami gejala sesak napas. "Sakitnya itu dari hari Senin pekan lalu," kata Wilsa kepada Kompas.com, Senin (5/6/2023).
Yuni, seorang warga Kota Bekasi, mengeluhkan hal serupa. Kedua cucunya mengalami batuk pilek dan tak kunjung sembuh dalam sebulan terakhir.
Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Buruk, Greenpeace: PM 2,5 Meningkat Setiap Kemarau
"Makanya orangtuanya juga, termasuk saya, neneknya, menyarankan mereka banyak minum, tapi bukan minum es. Karena ketika banyak minum itu, lumayan berkurang sakitnya," kata Yuni.
Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace, Bondan Andriyanu, mengatakan perlu langkah mendesak untuk menghadapi semakin memburuknya kualitas udara Jakarta.
Menurut Bondan, salah satu upayanya harus ada peringatan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta demi melindungi kelompok sensitif agar tidak terpapar polusi lebih parah.
"Yang disayangkan sampai saat ini tidak ada upaya Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengumumkan itu secara masif agar publik menerima pesan itu secara luas," ucap Bondan kepada Kompas.com, Selasa (6/6/2023).
Bondan mencontohkan, peringatan itu bisa disampaikan saat data Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dari Dinas Lingkungah Hidup (DLH) menuju tidak sehat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.