JAKARTA, KOMPAS.com - Mudi, manusia patung di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat memilih profesinya saat ini lantaran usia yang tak lagi muda.
Pria berusia 48 tahun itu rela banting tulang dengan menjelma menjadi sosok Jenderal Sudirman untuk mengisi perut dan menghidupi keluarganya di kampung.
"Saya kan umur udah mencapai 40. Orang di kantoran enggak mungkin nerima (pekerja) umur segitu," kata Mudi saat ditemui Kompas.com di Kota Tua, Sabtu (1/7/2023).
Baca juga: Cerita Mudi Si Jenderal Sudirman Kota Tua: Bertemu Turis Asing hingga Foto Bareng Jokowi
"Daripada menganggur, inisiatif jadi manusia patung aja, foto-foto bersama pengunjung. Yang penting halal, ada pemasukan buat keluarga di kampung," lanjut dia.
Dalam sehari, bila sedang ramai pengunjung, Mudi bisa mengantongi pendapatan hingga Rp 100.000.
Uang itu dikirimkan kepada sang istri yang menetap di Pandeglang, Banten setiap pekannya.
"Daripada saya enggak ada kerjaan lain yang ini aja, yang halal, bermanfaat buat keluarga. Dulu sebelum jadi patung, saya jualan di sini dagang teh manis," ungkap Mudi.
Seiring berjalannya waktu, para pedagang di kawasan Museum Fatahillah itu pun ditertibkan.
Baca juga: Crowded di Perempatan Ragunan Siang Ini, Tidak Ada Polisi yang Mengurai
Alhasil, Mudi harus memutar otak agar tetap bertahan hidup di Ibu Kota, dengan menjadi manusia patung Jenderal Sudirman.
Dari berdagang es teh manis hingga kini menjadi patung tokoh pahlawan nasional, Mudi berhasil menyekolahkan anak-anaknya sampai lulus SMA.
"Lumayan sih enak di Jakarta daripada di kampung susah sekarang nyari uang. Di Jakarta apa aja bisa jadi duit, asal kita ada kemauan pasti ada jalan kalau di kampung kan susah," papar dia.
Meski begitu, tak jarang Mudi mendapat pengalaman tak mengenakkan.
Selama 11 tahun melakoni karakter sebagai Jenderal Sudirman, dia beberapa kali tak dibayar setelah berfoto dengan pengunjung.
Baca juga: Dinkes DKI: Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di Jakarta Naik, tetapi Nol Kasus Positif
"Banyak pengunjung kadang cekrek-cekrek, nyelonong. Biarin aja berarti bukan rezekinya," imbuh Mudi.
Menurut Mudi, tinggal di Ibu Kota juga tak selalu menyenangkan. Penghasilannya sebagai manusia patung tidak menentu.