JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mendorong semua pihak untuk mencegah praktik jual beli video gay anak.
Langkah ini diperlukan, di samping penindakan dari aparat penegak hukum atas praktik jual beli video yang kini terjadi.
"Ini harus dicegah. Karena begitu kompleks kasusnya, maka ini menjadi rumit bagi upaya pemulihan, sehingga lebih diupayakan memberikan pencegahan bersama," ujar Deputi Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA Nahar, dikutip Jumat (28/7/2023).
Baca juga: Menelusuri Praktik Jual Beli Video Gay Anak di Media Sosial
Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong pihak-pihak yang menemukan kasus itu untuk segera melapor ke pihak berwajib.
Dengan begitu, kasus tersebut bisa ditangani lebih cepat dan meminimalisasi penyebaran konten pornografi, yang menjadikan anak sebagai korban.
"Segera laporkan jika mengetahui ada peristiwa-peristiwa seperti itu, agar bisa ditangani dengan sebaik-baiknya melalui proses penegakan hukum maupun pendampingan dalam proses pemulihan," kata Nahar.
Baca juga: Praktik Jual Beli Video Gay Anak Termasuk Child Trafficking, Harus Ditindak Tegas!
Adapun praktik jual beli video gay anak bisa masuk kategori tindak pidana kekerasan seksual, eksploitasi, pornografi, bahkan tindak pidana perdagangan anak.
"Dilihat lagi ada kaitannya enggak eksploitasi seksual maupun ekonomi," jelas Nahar.
Karena itu, menurut Nahar, pelaku bisa saja dijerat pasal berlapis.
Sebelumnya diberitakan, praktik jual video pornografi anak terjadi di media sosial. Secara spesifik, konten itu menampilkan aktivitas menyimpang antara anak laki-laki dengan pria dewasa.
Penelusuran Kompas.com, Jumat, konten itu diistilahkan sebagai "VGK", singkatan dari video gay kid.
Promosinya dilakukan di sejumlah media sosial, misalnya Instagram dan Twitter.
Baca juga: Jual Beli Video Gay Anak Bisa Masuk Sejumlah Tindak Pidana, Pelaku Dapat Dijerat Pasal Berlapis
Akun yang memperjualbelikan video gay anak mengunggah foto anak dan mendeskripsikan sosok maupun aktivitasnya.
Unggahan itu mayoritas mendapatkan komentar dari pengikut akun yang tertarik dengan video sang anak.
Mereka meminta pemilik akun mengirimkannya secara privat.