JAKARTA, KOMPAS.com - Sampah dan limbah-limbah dari masyarakat di Kota Bekasi dan sekitarnya akan dikumpulkan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang.
Ini membuat TPA Bantargebang memiliki pegunungan sampah yang menjulang tinggi.
Menariknya di antara tumpukan sampah ini berjejer sejumlah warung tenda yang menjajakan beraneka makanan dan minuman ringan.
Warung-warung semipermanen tersebut berbentuk bedeng, dan hanya terbuat dari terpal yang di dalamnya terdapat meja.
Target pasar mereka adalah ratusan orang yang setiap harinya mengais rezeki di kompleks TPA Bantargebang, bisa pengepul sampah, pemulung, sopir truk, hingga operator alat berat.
Berdasarkan pengamatan Kompas.com, meski ribuan lalat beterbangan dan bau sampah menyengat, para pelanggan warung tidak kehilangan selera makan.
Masing-masing dari mereka tampak menikmati hidangan tersedia di warung Mila.
Ada yang memakan gorengan, menenggak es kopi, atau pun sekadar menghisap sebatang rokok sambil berteduh dari teriknya panas Kota Bekasi.
Baca juga: Kisah Pedagang di Gunung Sampah Bantargebang Mengais Rezeki Ditemani Ribuan Lalat
Mila Mutiara (23) pedagang makanan di gunung sampah Bantargebang, Kota Bekasi, bisa mendapat uang hingga Rp 1 juta per hari dengan berdagang di atas tumpukan sampah.
"Pendapatan hariannya tidak menentu. Kalau lagi ramai, bisa sampai Rp 1 juta. Kalau sepi, paling Rp 300.000-500.000," jelas Mila.
Mila menuturkan, pelanggannya kebanyakan memesan kopi instan untuk diminum di tempat. Tapi selain kopi, Mila juga menjual makanan ringan, yakni gorengan, kacang kulit kemasan, dan mi instan.
Setiap gelas kopi panas, ia jual dengan harga Rp 3.000. Sementara jika menggunakan es batu, akan dikenakan biaya tambahan menjadi Rp 5.000 per gelas.
Dua tahun lamanya menjadi penjaga warung di TPA Bantargebang membuat Mila sudah terbiasa dengan bau menyengat dan kerubungan lalat di warungnya.
"Ya, sudah biasa (dagang dan melihat gunung sampah). Karena memang dari kecil kan tinggal di sini (wilayah Bantargebang)," jelas dia.
Baca juga: Mila Jualan Kopi dan Gorengan di Atas Tumpukan Sampah Bantargebang, Terbiasa dengan Bau dan Lalat
Sementara itu, Rianti (33), satu dari puluhan pedagang di gunung sampah Bantargebang, Kota Bekasi, mengaku selalu mandi setiap kali dirinya selesai berdagang.
Hal itu dikarenakan kondisi warungnya yang penuh lalat dan bau sampah di gunung tersebut.