JAKARTA, KOMPAS.com - Penderitaan Ngadenin (63), lansia yang tidak memiliki akses keluar masuk rumahnya, segera berakhir. Ia sepakat untuk menjual lahan kepada pihak hotel.
Kuasa hukum Ngadenin Zaenal Abidin menuturkan, kesepakatan itu terjadi dalam mediasi dengan pihak hotel yang digelar secara tertutup pada Jumat (4/8/2023).
Seperti diketahui, sudah tiga tahun Ngadenin dan istrinya Nur (55) kehilangan kenyamanan tinggal di rumah setelah akses jalan menuju rumahnya "dipenjara" tembok hotel.
Akses satu-satunya bagi Ngadenin dan Nur untuk pulang ke rumah hanya melalui saluran air atau got penuh lumpur dan limbah tajam yang berisiko melukai kaki.
Baca juga: Ngadenin, Lansia di Bekasi yang Tak Miliki Akses Rumah Sepakat Jual Tanah ke Pihak Hotel
Kendati sudah ada kesepakatan untuk jual lahannya, Zaenal berujar, belum ada kesepakatan harga per meternya antara kliennya dengan pihak hotel.
"Pertama kami sepakat tanah akan dibeli (pihak hotel). Kedua soal angka baru akan dikoordinasikan dengan pihak hotel," kata Zaenal saat dikonfirmasi, Rabu (9/8/2023).
Karena itu, lanjut Zaenal, pihak kuasa hukum hotel akan mendiskusikan harga dengan yang bersangkutan untuk ditawarkan kepada kliennya.
Hingga sekarang, Zaenal mengaku belum mendapatkan tawaran harga pembebasan lahan Ngadenin. Ia tidak ingin menyebut berapa harga jual lahan yang diharapkan Ngadenin.
Baca juga: Somasi Tak Ditanggapi dan Negosiasi Buntu, Ngadenin Ancam Gugat Hotel
"Biar hotel dulu yang keluar angka. Kami enggak mau sebut kecuali mereka sebut angka duluan," ujarnya.
Tawaran dari pihak hotel akan ditunggu oleh Ngadenin sampai Jumat mendatang.
Adapun mediasi yang difasilitasi oleh pemerintah, dalam hal ini pihak Kecamatan Pondok Gede, telah dilakukan pada 12 Juli 2023.
Namun, mediasi tersebut belum menghasilkan keputusan terbaik. Masih ada silang pendapat terkait harga jual beli lahan dari kedua belah pihak.
Baca juga: Negosiasi Tak Lancar, Ngadenin Ancam Gugat Hotel yang Kurung Rumahnya agar IMB Dicabut
Selain itu, ada pernyataan berbeda dari pihak hotel dan Ngadenin soal akar permasalahan yang berujung pada penutupan akses rumah tersebut.
"Kurang lebih sudah tiga tahun. Sudah kelelahan kalau mau pulang. Got ini kalau menurut saya kan rawan, ada paku, dan beling, kawat nonjol begitu. Akhirnya saya memutuskan untuk tidur (tinggal) di warung," kata Ngadenin.
Ngadenin sebelumnya juga pernah berencana membawa masalah itu ke jalur hukum karena negosiasi dengan pihak hotel tak berjalan baik.