JAKARTA, KOMPAS.com - Supriyadi (49), kuli bangunan asal Wonosobo yang kini menetap di Jakarta menceritakan salah satu pengalamnya selama menjadi perantau di Ibu Kota.
Untuk diketahui, Supriyadi merantau dari Wonosobo, Jawa Tengah ke Jakarta pada 1988, sewaktu usianya masih 13 tahun.
Pada 2000, dia mulai tinggal di wilayah Sunter, Jakarta Utara dan resmi menjadi warga Jakarta pada 2008.
Baca juga: Ingin Mengadu Nasib ke Jakarta? Simak Kiat Perantau yang Satu Ini
Supriyadi sudah melanglang buana di sudut kota Jakarta untuk mencari sesuap nasi.
Dalam satu masa, periode 1990 sampai 2000, dia beberapa kali tidak memiliki pekerjaan dan terpaksa tidur di jalanan.
Pada saat itu, kata dia, tingkat kriminalitas masih tinggi. Supriyadi tidak memungkiri dia tidur dengan perasaan cemas.
“Walah, Mas. Kadang-kadang sih, ngeri-ngeri sedap ya kalau lagi kayak gitu (tidur di jalan),” kata Supriyadi saat ditemui Kompas.com di Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Jumat (8/9/2023).
Suatu ketika di kawasan Sunter Agung, Supriyadi hendak pergi ke sebuah pasar.
Baca juga: Alasan Supriyadi Merantau ke Jakarta: Barang Bekas Pun Bisa Jadi Duit
Di tengah perjalanan, dia menemukan sesosok mayat yang tergeletak di pinggir jalan.
“Di seberang Danau Sunter, saya sudah kerja jadi kuli bangunan. Iseng tuh, pengin main ke pasar. Jam 5 saja sudah ketemu mayat di jalanan. Itu zaman 1994 atau 1995 gitu,” kata Supriyadi.
Kejadian itu hanya sekali dialami Supriyadi. Dia mengaku sering melihat mayat di beberapa sudut Ibu Kota selama merantau.
“Sering (melihat mayat), yang motor masih tergeletak, tasnya masih tercantol tapi orangnya sudah mati. Ya makanya ngeri-ngeri sedap (tidur di jalanan),” tutur Supriyadi.
Beruntung, Supriyadi tidak pernah merasakan pengalaman pahit selama harus bermalam di jalanan.
Baca juga: Merantau Itu bagai Anak Baru Masuk Sekolah, Harus Adaptasi untuk Naik Kelas
“Kalau zaman dulu, ya sering (lihat mayat). Saya pernah mengalami lihat (mayat) di danau. Saya bukan enggak berani ngomong atau apa, ya habis bagaimana amannya badan kita sendiri saja,” tutur dia.
Karena pengalaman tersebut, Supriyadi mengaku sampai terbiasa melihat kriminalitas di zaman itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.