Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua: Fenomena Sayat Tangan Sendiri Sudah Ada dari Dulu, Kini Disebar di Medsos

Kompas.com - 05/10/2023, 19:00 WIB
Baharudin Al Farisi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Ade Rusliana (31), salah satu orangtua murid mengaku sudah tidak kaget dengan fenomena anak sekolah sayat tangan yang dipengaruhi konten di media sosial.

Ade yang kedua anaknya duduk di bangku sekolah dasar (SD) mengungkapkan bahwa fenomena tersebut sebenarnya sudah ada sejak dulu.

Hanya saja, kali ini terdapat perbedaan signifikan karena media sosial turut mengambil peran dalam fenomena tersebut.

Baca juga: Demi Tren TikTok, 11 Bocah SD Sayat Tangan Sendiri

"Sebenarnya sudah enggak kaget lagi, karena zaman dulu memang sudah ada. Ya bedanya kan sekarang ada media sosial yang disebarkan secara luas tanpa memandang usia," ungkap Ade kepada Kompas.com, Kamis (5/10/2023).

Namun, sebagai orangtua, Ade hanya bisa memberikan pengawasan yang lebih terhadap buah hatinya untuk antisipasi tidak melakukan tindakan merugikan diri sendiri tersebut.

"Untuk pengawasan paling cuma bisa menasihati sama mewanti-wanti, jangan sampai anak ikutan tren kayak gitu. Emang ada untungnya? Yang ada kan malah sakitin diri sendiri," ujar Ade.

Baca juga: 11 Siswa SD di Situbondo Sayat Tangan Sendiri, Terinspirasi Konten TikTok

Hal senada juga disampaikan oleh orangtua murid bernama Christina Indah Paramita (38). Ia mengatakan bahwa fenomena anak sekolah sayat anak tengah viral di media sosial.

"Tahu, kan itu yang lagi ramai di Situbondo. Ya gara-gara viral gitu, saya khawatir anak saya malah lihat konten-konten kayak gitu. Bukannya belajar, tapi mencelakakan diri," ungkap Indah.

Untuk mengantisipasinya, Indah menyampaikan bahwa dia dan suami selalu rajin mengecek gawai anak secara berkala.

Baca juga: Ada Fenomena Anak Sekolah Sayat Tangan demi Tren, Orangtua Khawatir

Justru, kata Indah, hal tersebut sudah terbentuk dalam suatu kesepakatan antara orangtua dengan anaknya yang kini duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).

"Saya enggak larang anak saya untuk mengetahui hal baru dalam tumbuh kembang anak. Karena saya juga enggak mau terlalu mengekang dia," tutur Indah.

"Justru saya kasih kepercayaan sama dia. Jangan sampai bikin orang terdekat dia kecewa sama yang dia lakukan," lanjutnya.

Karena beberapa waktu terakhir banyak kasus yang melibatkan anak di bawah umur, Indah berharap pihak sekolah juga memberikan pengawasan untuk para siswa dan siswi.

Baca juga: Buntut 11 Anak SD di Situbondo Sayat Tangan, DPRD Minta Pemkab Panggil Semua Kepsek

Terlepas dari lingkungan keluarga dan pendidikan, Indah berpendapat bahwa tumbuh kembang anak juga bisa dipengaruhi dengan faktor lain.

"Saya merasa, ruang anak di perkotaan sangat sedikit. Lalu saya menyadari hal itu berdampak pada pengetahuan anak yang sekarang justru lebih dewasa daripada umurnya," kata Indah.

"Itu berkaitan sama ruang main anak yang sedikit di kehidupan perkotaan. Oleh karena itu, saya berharap pemerintah juga menunjang lebih banyak fasilitas anak," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com