JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus ledakan benda diduga bom di sebuah rumah yang tengah direnovasi di wilayah Setiabudi, Jakarta Selatan, pada Rabu (18/10/2023) siang masih menjadi teka-teki.
Pasalnya, polisi masih berupaya menyelidiki ledakan yang menewaskan seorang tukang bangunan itu.
Direktur Reserse Kriminal Umum Komisaris Besar Hengki Haryadi mengatakan, penyelidikan dilakukan oleh tim gabungan dari laboratorium forensik, balistik metalurgi forensik, kedokteran forensik, Inafis, dan tim penjinak bom Gegana.
Baca juga: Detik-detik Benda Diduga Bom Meledak di Setiabudi...
Penyelidikan yang dilakukan, kata Hengki, mulai dari meneliti lokasi kejadian, barang-barang di sekitar lokasi, hingga meneliti serpihan dalam tubuh korban yang saat ini berada di Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur.
”Belum bisa disimpulkan. Nanti secara bersama-sama (tim gabungan) berkolaborasi untuk menyimpulkan jenis bom yang ditemukan ini. Kami akan periksa enam saksi termasuk korban luka. Benda yang diduga bom ini ditemukan di dalam tanah,” ujar Hengki, Kamis (19/10/2023), dilansir dari Kompas.id.
Warga sekitar bernama Hariyanto (65) mengungkapkan bahwa ledakan yang terjadi mengingatkannya pada peristiwa yang disaksikannya secara langsung pada 22 tahun silam.
Pasalnya, ledakan serupa juga terjadi pada Mei 2001 di asrama mahasiswa Aceh, yang mana letaknya persis di samping tempat kejadian perkara (TKP) ledakan pada Rabu pekan lalu.
Hariyanto mengatakan, saat itu lokasi di samping asrama mahasiswa Aceh masih berupa tanah dan kebun kosong.
Baca juga: Bom Pernah Meledak di Setiabudi 22 Tahun Silam, Lokasinya Persis di Samping TKP Saat Ini
"Persis kayak 2001, tapi 2001 itu kan (bom) rakit, tapi memang baru tahu itu tempat perakitan ketika bomnya sudah meledak. Awalnya enggak ada yang tahu itu teroris. Tahunya itu cuma tempat tinggal mahasiswa Aceh," kata Hariyanto saat berbincang dengan Kompas.com di sekitar TKP pada Senin (23/10/2023) sore.
Hariyanto berujar, ledakan yang terjadi 22 tahun lalu jauh lebih besar daripada ledakan yang terjadi pada Rabu pekan lalu.
Saking besarnya, kata Hariyanto, mahasiswa asal Aceh yang terlibat dalam perakitan bom itu tewas dalam keadaan mengenaskan.
Beruntung, istri temannya yang saat itu bekerja sebagai juru masak di asrama tersebut sedang berada di luar sehingga tidak ikut menjadi korban ledakan bom.
"Dulu yang kerja di sini (asrama mahasiswa Aceh) istri teman saya. Sebelum bom meledak itu, memang ada berapa kamar yang enggak boleh dibuka. Jadi istri temen saya itu kerjanya cuma masakin mereka. Nah dia disuruh beli rokok ke luar, baru sampai taman sini, sudah meledak. Kalau ibunya enggak keluar bisa mati di situ," ujar Hariyanto.
Hariyanto tampak mengingat-ingat insiden nahas berpuluh tahun silam.
Baca juga: Warga Yakin Ledakan di Setiabudi Berasal dari Sisa Bom Asrama Aceh 22 Tahun Lalu