Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Minta Pemerintah Telusuri Tengkulak yang Diduga Timbun Cabai

Kompas.com - 10/11/2023, 09:06 WIB
Baharudin Al Farisi,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Jasnita (49), salah satu pedagang di Pasar Koja Baru meminta pemerintah menelusuri tengkulak yang diduga menimbun cabai yang menyebabkan harga komoditas tersebut melambung tinggi.

Dia juga berpendapat, sebaiknya pemerintah tidak hanya berpatokan penyebab harga cabai naik menyentuh Rp 100.000 per kilogram karena faktor cuaca saja.

"Iya (pengin pemerintah telusuri), biasanya kan kayak gitu. Jangan patokan sama musim kemarau," ucap perempuan yang sudah 25 tahun menjadi pedagang, ditemui Kompas.com di lapaknya, Kamis (9/11/2023).

Jasnita mengaku sedih karena terkena sasaran dari para emak-emak yang jadi pembelinya karena kenaikan harga cabai ini.

Baca juga: Harga Cabai Melambung, Pedagang Duga Ada Tengkulak yang Timbun Jelang Natal dan Tahun Baru

"Iya, pengecer ini yang kasihan, disalahin sama orang. Kayak kita ini yang sering diomelin, tapi ya sudah deh. Kalau mau beli syukur, enggak beli juga enggak apa-apa," ucap Jasnita.

"Kita sakit hati juga kadang-kadang. Padahal kan di berita kan juga ada, banyak juga (harga cabai naik)," tutur Jasnita lagi.

Jasnita menjelaskan, ia heran dengan harga cabai yang menyentuh Rp 100.000 per kilogram jika dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di angka Rp 60.000 per kilogram saat menjelang Natal dan Tahun Baru 2024.

"Ya biasanya tengkulak-tengkulak itulah pemainnya. Dari petani (dijual) ke dia (tengkulak sebelum akhirnya didistribusikan ke Pasar Kramat Jati)," sebut Jasnita.

Bukan hanya itu, Jasnita juga heran dengan pemerintah karena dengan adanya kenaikan harga ini malah terlihat cuek.

Baca juga: Harga Cabai Meroket, Pedagang di Pasar Kena Semprot Emak-emak

"Biasanya kan pemerintah yang ini ya (menstabilkan harga). Kayak dulu, ada (tengkulak) yang ketangkap. Kalau sekarang, adem saja, enggak ada yang ini (bergerak)," kata Jasnita.

"Orang yang punya modal besar kayak begitu. Dari petani, dia yang beli. Cuma, kalau sekarang ini agak kurang diinin (ditelusuri). Kalau dulu kan langsung dicari, ditangkap," ucap Jasnita melanjutkan.

Jasnita kemudian memberikan salah satu contoh kasus yang sempat membuat para pedagang cabai hingga emak-emak teriak akibat harga cabai menyentuh Rp 140.000 per kilogram.

"Dulu kan kalau enggak salah cabai rawit disimpan banyak. Karen enggak ada berita besar (kayak dulu), jadi enggak terlalu diginiin (ditelusuri), dicuekin saja. Dulu pernah Rp 140.000 per kilogram," tuturnya.

Baca juga: Harga Cabai di Pasar Koja Tembus Rp 100.000 Per Kilogram, Pedagang: Biasanya Paling Mahal Rp 60.000

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Megapolitan
Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Megapolitan
Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Megapolitan
Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Megapolitan
Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada 'Study Tour' ke Luar Kota

Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada "Study Tour" ke Luar Kota

Megapolitan
RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

Megapolitan
Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Megapolitan
Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Megapolitan
Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Megapolitan
Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Megapolitan
Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Megapolitan
Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Megapolitan
Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar 'Video Call' Bareng Aipda Ambarita

Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar "Video Call" Bareng Aipda Ambarita

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com