JAKARTA, KOMPAS.com - Jasnita (49), salah satu pedagang di Pasar Koja Baru, menduga penyebab harga cabai melambung tinggi karena ada tengkulak atau pengepul sengaja melakukan penimbunan menjelang Natal dan tahun baru 2024.
Sebab, Jasnita heran dengan harga cabai yang menyentuh Rp 100.000 per kilogram jika dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di angka Rp 60.000 per kilogram saat menjelang Natal dan tahun baru 2024.
"Ya biasanya tengkulak-tengkulak itulah pemainnya. Dari petani (dijual) ke dia (tengkulak sebelum akhirnya didistribusikan ke Pasar Kramat Jati)," sebut Jasnita saat berbincang dengan Kompas.com di lapaknya, Kamis (9/11/2023).
"Ya bisa jadi (ulah tengkulak). Kenapa ini langsung naik?" ucap Jasnita melanjutkan.
Baca juga: Harga Cabai Meroket, Pedagang di Pasar Kena Semprot Emak-emak
Sejak 10 hari terakhir, perempuan yang sudah berdagang selama 25 tahun itu mengatakan, harga cabai mulai merangkak naik.
Harga cabai naik dari yang sebelumnya Rp 30.000 per kilogram, kini seharga Rp 100.000 per kilogram.
Karena dugaan ulah tengkulak tersebut, Jasnita mengungkapkan, pasokan cabai di Pasar Induk Kramatjati jadi menipis. Padahal, permintaan masyarakat untuk membeli cabai sangat tinggi menjelang Natal dan tahun baru 2024.
"Pasokannya berkurang dari sananya. Kalau pasokannya banyak yang masuk ke Pasar Induk Jakarta, harga turun. Tapi, kalau sedikit, tersendat. Pembelinya banyak tapi barangnya sedikit, ya jadi harga naik," ujar Jasnita.
Dengan adanya dugaan tersebut, Jasnita mempertanyakan peran pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk menstabilkan harga cabai di pasar Indonesia.
Jasnita berharap pemerintah mengambil tindakan tegas untuk menelusuri tengkulak nakal yang menyebabkan harga cabai semakin mahal menjelang Natal dan tahun baru 2024.
Baca juga: Harga Cabai di Pasar Koja Tembus Rp 100.000 Per Kilogram, Pedagang: Biasanya Paling Mahal Rp 60.000
"Biasanya kan pemerintah yang ini ya (menstabilkan harga). Kayak dulu, ada (tengkulak) yang ketangkap. Kalau sekarang, adem saja, enggak ada yang ini (bergerak)," kata Jasnita.
"Orang yang punya modal besar kayak begitu. Dari petani, dia yang beli. Cuma, kalau sekarang ini agak kurang diinin (ditelusuri). Kalau dulu kan langsung dicari, ditangkap," ucap Jasnita melanjutkan.
Jasnita kemudian memberikan salah satu contoh kasus yang sempat membuat para pedagang cabai hingga emak-emak teriak akibat harganya menyentuh Rp 140.000 per kilogram.
"Dulu kan kalau enggak salah cabai rawit disimpan banyak. Karena enggak ada berita besar (kayak dulu), jadi enggak terlalu diginiin (ditelusuri), dicuekin saja. Dulu pernah Rp 140.000 per kilogram," tuturnya.
Oleh karena itu, Jasnita meminta pemerintah bukan hanya melihat harga cabai naik disebabkan oleh faktor cuaca, melainkan faktor yang lain.
Untuk diketahui, per Kamis, 9 November 2023, harga cabai rawit merah dan cabai merah keriting di Pasar Koja Baru menyentuh Rp 100.000 per kilogram.
Adapun harga cabai rawit hijau di Pasar Koja Baru berada di angka Rp 70.000 per kilogram.
Harga tersebut melonjak naik sejak 10 hari terakhir dari angka Rp 30.000-Rp 40.000 per kilogram.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.