Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demo di KPU, Massa yang Mengaku Pendukung Ganjar-Mahfud Tuntut Prabowo-Gibran Didiskualifikasi

Kompas.com - 13/11/2023, 17:32 WIB
Xena Olivia,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Massa yang mengaku pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden Ganjar Pranowo dan Mahfud MD menggelar aksi tolak proses pencalonan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di depan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (13/11/2023).

Massa yang mengatasnamakan diri sebagai Aliansi Penyelamat Konsitusi mengajukan tiga tuntutan kepada KPU.

Pertama, mereka meminta pencalonan Prabowo-Gibran sebagai capres dan cawapres dibatalkan karena dinilai cacat secara etika dan moral.

"Proses pencalonan Prabowo-Gibran cacat formil, etika, dan moral! Kalau sudah melakukan kecurangan, pasti akan dibuntuti kecurangan!" seru sang orator dari atas mobil komando.

Baca juga: 1.990 Personel Gabungan Diterjunkan Jaga Penetapan Capres-Cawapres di KPU RI

Kemudian, massa juga menuntut agar KPU mendiskualifikasi bakal wakil presiden (bacawapres) Gibran Rakabuming Raka.

Juru bicara Aliansi Penyelamat Konsitusi Mixil Mina Munir mengatakan, para peserta aksi ini terdiri dari berbagai golongan. Salah satunya pendukung pasangan Ganjar-Mahfud MD.

"Ada banyak sekali (peserta aksi), bukan hanya pendukung Ganjar-Mahfud saja)," ujar Mixil kepada wartawan di lokasi.

Mixil menambahkan, para pesera aksi ini menilai putusan MK No 90 Tahun 2023 juga bersifat cacat moral dan etika.

"Karena telah jelas menggunakan putusan No 90 Tahun 2023. Persidangannya dilaluinoleh berbagai pelanggaran etik hakim konstitusi, baik secara kolektif maupun pribadi Hakim Anwar Usman," 

Lebih lanjut, massa aksi juga berharap agar segenap aparatur negara bisa bertindak netral dalan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.

"Menuntut kepada KPU, Bawaalu, TNI, POLRI, ASN, dan semua aparatur negara agar bertindak netral dalam Pemilu 2024," ucap dia.

Baca juga: Ketua BEM UI Terbang ke Pontianak, Tengok Ibunya yang Diintimidasi karena Protes Putusan MK

Untuk diketahui, kebanyakan massa aksi mengenakan pakaian hitam. Lalu, mereka juga membawa atribut mulai dari spanduk, bendera merah-putih, dan bendera plastik berwarna kuning cerah.

Spanduk itu bertuliskan "#2024 kami muak, mentang-mentant anak presiden Gibran menghalalkan segala cara". Ada juga yang bertuliskan "MK bukan mahkamah keluarga".

"Proses pencalonan Prabowo-Gibran cacat formil, etika, dan moral! Kalau sudah melakukan kecurangan, pasti akan dibuntuti kecurangan!" seru sang orator.

Selain berorasi, massa aksi juga membawa properti berupa peti mati yang terbuat dari kayu.

Terdapat tulisan "RIP Nurani MK, Mayat Koruptor, DPR Tolong Sahkan RUU Menjadi UU, Hukum Mati Koruptor" pada peti itu.

Baca juga: Pelaku Pelempar Batu ke Mobil di Tol Kunciran Diduga Anak-anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Megapolitan
Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Megapolitan
4 Pelaku Sudah Ditangkap, Mobil Curian di Tajur Bogor Belum Ditemukan

4 Pelaku Sudah Ditangkap, Mobil Curian di Tajur Bogor Belum Ditemukan

Megapolitan
Ketua DTKJ Daftar Cawalkot Tangerang, Janjikan Integrasi Bus Tayo dengan KRL dan Transjakarta

Ketua DTKJ Daftar Cawalkot Tangerang, Janjikan Integrasi Bus Tayo dengan KRL dan Transjakarta

Megapolitan
Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Diserang Begal dengan Diterima Jadi Polisi

Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Diserang Begal dengan Diterima Jadi Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com