Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak PSK Jadi Korban TPPO di Jaksel, Diduga karena Menjamurnya Hotel Melati dan Apartemen

Kompas.com - 22/11/2023, 17:37 WIB
Dzaky Nurcahyo,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak Pekerja Seks Komersial (PSK) yang menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Jakarta Selatan.

Plt Kepala Suku Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) Jakarta Selatan Darwoto mengatakan, salah satunya penyebabnya diduga karena menjamurnya hotel melati dan apartemen murah.

“Banyak apartemen, banyak perhotelan, baik yang berbintang maupun melati di Jakarta Selatan, itu bisa menjadi faktor pendorong (TPPO),” kata Darwoto setelah memberikan pengarahan pada Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan TPPO, Rabu (22/11/2023).

Darwoto masih mencari tahu penyebab lain meningkatnya korban TPPO. Seiring dengan itu, Dinas PPAPP tetap harus sigap mencari solusinya. 

Apalagi, kata dia, bukan hanya PSK saja yang menjadi korban TPPO di Jakarta Selatan.

Baca juga: PSK Jadi Korban TPPO Terbanyak di Jakarta Selatan

Asisten rumah tangga (ART) dan pegawai swasta juga tercatat menjadi korban TPPO di wilayah ini.

“Pekerja di perusahaan sampai asisten rumah tangga juga menjadi korban TPPO. Tapi, yang paling banyak memang PSK,” tutur dia.

Sudin PPAPP Jakarta Selatan pun melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi masalah ini. 

Salah satunya dengan membuka layanan konseling melalui program bernama Pusat Pelayanan Keluarga (Puspa).

Melalui Puspa, masyarakat tak perlu ragu ataupun takut untuk bercerita jika memang menjadi korban TPPO.

Baca juga: Curhat Para Pekerja Cari Sampingan demi Bertahan Hidup di Jakarta, Tak Bisa Andalkan Satu Pekerjaan

“Menemukan kasus-kasus seperti itu memang seperti aib, tetapi kalau kami tak telusuri, itu menunjukkan bahwa negara tidak hadir. Maka dari itu kami mengupayakan untuk melakukan pencegahan sebelum kejadian terjadi,” ungkap Darwoto.

Apalagi kasus TPPO di Jakarta Selatan, terutama yang melibatkan PSK, cenderung mengalami peningkatan.

Darwoto mengeklaim peningkatan itu terjadi selama beberapa bulan terakhir.

Darwoto pun berharap stakeholder terkait bisa saling mengisi untuk menekan adanya kasus TPPO.

Menurut dia, TPPO tak bisa ditangani oleh satu instansi saja. Semua instansi terkait harus bahu-membahu melindungi para korban.

Apalagi, pengungkapan kasus TPPO ini tidak mudah. Tidak semua korban mau bercerita dan mencari pertolongan.

“Tak semuanya mau mengaku. Kalau korban TPPO sudah merasa nyaman (dengan pekerjaan), mungkin dia enggak akan speak up. Kalau yang merasa dirugikan atau tidak nyaman, baru masuk laporan ke kami,” tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com