Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Menu Cegah "Stunting", Walkot Idris: PMT Cuma Makanan Tambahan, Bukan Makanan Pokok

Kompas.com - 23/11/2023, 09:04 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Wali Kota Depok Mohammad Idris menyampaikan, program pemberian makanan tambahan (PMT) hanya berupa menu tambahan, bukan makanan pokok.

Oleh karena itu, pemberiannya dilakukan bukan pada waktu makan utama, melainkan sebagai selingan saja.

"Ini adalah makanan tambahan, bukan makanan pokok, bukan masalah ASI. Malah makanan pokoknya juga tetap dilakukan. Makanya (PMT) dilakukan setiap jam sembilan atau 10. Sekali lagi, ini bukan makanan inti atau makan pokok," ucap Idris dalam rapat Raperda APBD di Gedung Paripurna DPRD Depok, Rabu (22/11/2023).

Baca juga: Akui Ada Kesalahan Menu Cegah Stunting, Wali Kota Depok: Ini Program Pertama

Ia juga menyoroti keluhan orangtua yang menyebut anaknya enggan memakan menu PMT lantaran kurang rasa.

Padahal, menurut dia itu wajar terjadi karena rasa makanan bergizi berbeda dengan makanan kemasan.

"Ketika kita cek, karena ibu makanan pokoknya itu biasa diberikan makanan-makanan seperti itu. Banyak micinnya, garamnya enggak terukur, kadang dikasih mi instan. Ya iya lah, kalau dikasih makanan bergizi dengan ukuran-ukuran akan anyep dia," kata Idris.

"Makanya pemberiannya dengan edukasi kepada ibunya juga edukasi kepada anaknya, dengan cerita atau dengan apa," imbuh dia.

Idris mencontohkan soal pengalamannya menyantap makanan bergizi untuk lansia. Menurut dia, makanan bergizi memang kurang kuat rasa bumbunya.

Baca juga: Menu Cegah Stunting di Depok Kian Membaik Usai Tuai Cecaran dan Kritik

"Akhirnya apa? Saya tambah nasi padang ha ha. Ya sudah enggak bergizi lagi, kolestrol malah tinggi. Makanya sama kan persepsi juga, jangan ditanyakan lagi ya," kata dia, kemudian berlalu.

Pemkot Depok menganggarkan Rp 4,9 miliar untuk program PMT dengan biaya Rp 18.000 per porsi.

Namun, harga Rp 18.000 bukan murni untuk makanan, melainkan ada biaya untuk wadah makanan, cetak stiker, dan distribusi.

Hal yang paling menjadi sorotan adalah menu yang disajikan. Di awal program, menu yang diberikan berupa nasi, kuah sup, dan tahu kukus.

Makanan tersebut dianggap tidak cukup memenuhi gizi balita, apalagi tak sebanding dengan biaya per porsi.

Baca juga: DPRD Minta Kadinkes Depok Dicopot Imbas Polemik Menu Stunting, Wali Kota: Sudah Bagus Kok Kerjanya

Bahkan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyatakan, menu makanan pada program tersebut tidak layak.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Mary Liziawati menjelaskan, program makanan tambahan untuk balita itu sudah dilaksanakan sesuai petunjuk teknis (juknis) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, yang mana sasarannya untuk menekan angka stunting atau kurang gizi.

Mary menjelaskan, makanan yang diberikan memang berupa kudapan. Baru lah setiap akhir pekan dalam 28 hari program ini, masyarakat akan mendapat set menu makanan lengkap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com