JAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menemukan kasus anak terinfeksi Mycoplasma pneumoniae berdasarkan pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR).
Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan, saat ini dokter kembali melakukan PCR pada anak tersebut untuk mengetahui spesifik penyebab pneumonia.
"Ini untuk memberikan terapi yang lebih spesifik dan mencegah resistensi antibiotik digunakan berlebihan," kata Ngabila dalam keterangannya, Rabu (6/12/2023).
Baca juga: Mengenal Bakteri Mycoplasma Pneumoniae, Kuman Penyebab Pneumonia
Namun, Ngabila belum menyebutkan jumlah anak yang terinfeksi Mycoplasma pneumoniae. Hingga kini, Dinkes DKI masih memastikan jumlah anak yang terinfeksi.
Di sisi lain, Ngabila meminta masyarakat tidak panik setelah adanya laporan anak di Ibu Kota terinfeksi bakteri itu.
"Masyarakat jangan panik terhadap pneumonia bakteri mycoplasma, akan tetapi perlu waspada," ujar Ngabila.
Ngabila menjelaskan, pneumonia cukup sering ditemukan sejak dahulu. Penularan pneumonia dapat melalui droplet berupa dahak atau percikan liur dari batuk.
"Masa inkubasi dari terpapar bakteri ini sampai muncul gejala pertama kali itu berkisar 1-4 minggu, tetapi tersering 2-3 minggu," ucap Ngabila.
"Sehingga diimbau kepada orangtua, jika anak sakit dan sudah coba diobati sendiri tapi tidak membaik dalam dua atau tiga hari, segera bawa ke dokter dan fasilitas kesehatan untuk diobati lebih baik," tambah dia.
Baca juga: Kemenkes: Ada Laporan Kasus Pneumonia akibat Mycoplasma Pneumoniae
Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, laporan kasus Mycoplasma pneumoniae diterima dari Dinkes DKI Jakarta.
"Sudah ada laporan, tapi baru lisan dari DKI Jakarta. Dan hari ini akan diverifikasi oleh Dinkes DKI Jakarta sekaligus melakukan pemeriksaan epidemiologi," kata Nadia, Selasa (5/12/2023).
Nadia menyampaikan, pemerintah juga akan memeriksa gejala yang dialami oleh pasien. Biasanya, kata Nadia, gejala pneumonia adalah sesak napas, demam, dan flu.
"Kan ini infeksi saluran napas dan gejala utama pneumonia adalah sesak. (Namun, gejala apa saja yang dialami pasien di sini) belum ada yang dilaporkan," ujar dia.
Baca juga: Kasus Pneumonia Meningkat, Kemenkes Imbau Warga Pakai Masker di Ruang Publik
Nadia pun mengimbau masyarakat tidak perlu panik. Sebab, penyebab pneumonia bukan bakteri atau virus baru, seperti Covid-19 ataupun ebola.
Cara mendeteksi dan obat untuk pneumonia pun sudah ada.
Petunjuk dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga sudah ada untuk memperketat surveilance agar lonjakan kasus pneumonia tidak terjadi.
Diketahui, pada awal November 2023, China melaporkan adanya peningkatan jumlah pasien dengan infeksi saluran pernapasan.
Pada akhir November 2023, dilaporkan adanya klaster dengan “undiagnosed pneumonia” pada anak di China Utara.
Menurut laporan dari China, kebanyakan kasus pneumonia pada anak yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae atau disebut sebagai bakteri atipikal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.