JAKARTA, KOMPAS.com - Harun Al Rasyid (15), remaja yang tewas ditembak dalam kerusuhan pasca pemilihan umum (pemilu) 2019 di Slipi, Jakarta Barat dikenal sebagai sosok yang menyenangkan.
“Harun ini anak yang dikangeni sama teman-temannya karena iseng, jahil. Begitu kata temannya,” ujar sang ayah, Didin Wahyudin (50) saat ditemui di kediamannya di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (13/12/2023).
Didin mengakui, keluarganya begitu merindukan anak keduanya itu. Kepergian Harun yang begitu cepat menyisakan duka bagi mereka.
Baca juga: Duka Keluarga Harun Al Rasyid, Korban Tewas di Tragedi Kerusuhan Pemilu 2019
“Sudah pasti sedih, terpukul. Ya sampai anak saya, kakaknya almarhum depresi,” kata Didin.
Di mata Didin, putra keduanya itu merupakan anak biasa yang tak mengerti perihal politik. Dia lantas mempertanyakan mengapa sang anak ditembak hingga tewas dalam insiden kerusuhan 21-22 Mei 2019 tersebut.
Menurut dia, apabila Harun merusuh kala itu, aparat bisa mengamankannya.
“Bisa dinarasikan saja sendiri, Harun perusuh bukan? Anak 15 tahun berhadapan dengan kepolisian, dengan senjata lengkap, tameng, pakaian juga anti peluru,” ucapnya.
Berdasarkan hasil otopsi, kepolisian menyatakan ada peluru yang bersarang di dada kiri korban. Tembakan ini menyebabkan Harun meninggal dunia, 22 Mei 2019.
“Anak saya ditembak peluru tajam di bagian (tubuh sebelah) kiri tembus ke dada. Bersarang di dada, peluru itu. Otopsi juga memang benar ada peluru tajam,” ungkap Didin.
Ia meyakini, sosok yang menembak anaknya merupakan anggota kepolisian. Kendati begitu, hingga kini tak ada kejelasan terkait sosok pelaku yang menewaskan Harun Al Rasyid.
“Sampai saat ini belum ada kejelasannya tentang tragedi ini. Lima tahun ke belakang saya kan berjuang mencari keadilan, namun terseok-seok dan enggak ada kepastian,” papar Didin.
Oleh sebab itu, keluarga meminta pertanggungjawaban dari pemerintah atas kematian Harun Al Rasyid.
“Kalau (Harun) meninggal saya serahkan ke Allah. Tetapi untuk keadilan harus ditegakkan, dan pemerintah harus tanggung jawab,” imbuh dia.
Seperti diberitakan Kompas.com, 6 Juli 2019, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri yang kala itu dijabat Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo menjelaskan, Harun ditembak oleh penembak misterius dari jarak sekitar 11 meter.
“Jaraknya cukup dekat antara pelaku yang melakukan penembakan dengan tangan kiri dan korban yang ditemukan di TKP. Jaraknya kurang lebih dari hasil analisis dan rekonstruksi, 11 meter," tutur Dedi dalam konferensi pers di Gedung Mabes Polri, Jumat (5/7/2019).
Baca juga: Empat Tahun Pembunuh Harun Al Rasyid Tak Terungkap, Sang Ayah: Pemerintah Harus Tanggung Jawab
Sementara itu, Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya yang sebelumnya dijabat Kombes (Pol) Suyudi Ario Seto menerangkan, penembak diduga memegang senjata api menggunakan tangan kiri di bawah dada mengarah ke samping. Ini berdasarkan hasil uji balistik dikombinasikan dengan keterangan saksi mata.
“Arah (peluru) lurus mendatar. Karena posisinya (Harun) di trotoar, agak tinggi. Jadi, diduga pelaku ini agak tinggi karena pelaku (pegang senjata api) di sini (di bawah dada menembaknya)," papar Suyudi.
Adapun polisi mencatat ada sembilan korban tewas dalam peristiwa 21-22 Mei 2019. Kesembilannya diduga merupakan perusuh. Polisi memastikan empat dari sembilan korban tersebut tewas karena peluru tajam.
Korban tewas, yakni Bachtiar Alamsyah, Abdul Azis, M Rehan Fajari, Widianto Rizki Ramadhan, Farhan Syafero, Adam Noorian, Sandro, Harun Al Rasyid, dan Muhamad Reza.
Baca juga: Anies Singgung Harun Al Rasyid, Pendukung Prabowo yang Tewas Tahun 2019
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.