JAKARTA, KOMPAS.com - Agus (60), nelayan pesisir Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, merasa gusar melihat tumpukan sampah di pesisir laut persis di depan rumahnya, Senin (22/1/2024).
Perahu-perahu milik warga, juga milik Agus, bahkan bisa mendarat di atas lautan sampah tersebut.
Ia bisa berjalan di atas tumpukan sampah, menyusuri pesisir hingga ke perahu milik Agus.
Baca juga: Berhenti Melaut karena Cuaca Buruk, Warga di Marunda Kepu Jadi Pemulung Sampah Plastik
"1.000 kali kalian ganti pemerintahan, kalau enggak punya etika yang baik, enggak bakal ini bisa teratasi," kata Agus sambil melihat perahunya.
Agus menyebut, sampah yang sudah ada sejak lima tahun lalu itu menumpuk, membentuk daratan, sampai saat ini.
"Dulu enggak ada sampah di sini. Semenjak irigasi ini dibuat hingga sekarang, enggak pernah diolah. Sampah ini ada sejak lima tahun kemarin. Jadi sekarang sampah tidur," ujar Agus.
Agus mempertanyakan kinerja petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) Kelurahan Marunda.
Dia berharap, alat berat bisa didatangkan agar masalah sampah di lingkungannya bisa teratasi.
Baca juga: Lautan Sampah di Pesisir Marunda Kepu, Perahu Nelayan Bersandar di Tumpukan
"Kalau zaman dulu enggak pakai alat berat, wajar. Kalau sekarang kan alat berat banyak. Kenapa pakai tangan? Kita yang rugi. Aturan kita bisa kerja ya, enggak bisa. Perahu dangkal, enggak bisa jalan," lanjut dia.
Sementara menurut Rarat (55), pengolahan sampah dari Bekasi, Jawa Barat, yang kurang optimal berdampak pada kehidupan warga nelayan di Marunda Kepu.
"Kalau menurut saya, sampah ini dari Bekasi. Bukan dari warga sini, atau warga DKI. Ada pintu air dari sodetan Bekasi, lihat sendiri sampahnya. Ini kiriman. Ini masih mending loh, biasanya itu bisa sampai ke tengah," tutur Rarat.
Senada dengan Agus, Rarat menyebut sampah di pesisir Marunda Kepu menyulitkan warga yang ingin melaut.
"Ini pengolahan sampah harusnya dibereskan sama PPSU. Hal kecil dari buang sampah aja bisa menyulitkan warga. Dampaknya besar banget. Jadi kita berpikir, kok makin lama, hidup makin sulit ya," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.