JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Pasar Minggu, Afifah Farah Azzahra (22) tidak khawatir tragedi pemilihan umum (Pemilu) 2019 kembali terjadi di Pemilu 2024.
“Sebenarnya, saya baru tahu kasusnya yang kayak begini, maksudnya sampai ada yang meninggal, dan macam-macam. Tapi, saya sudah tahu kalau ada kasus penghitungan sampai subuh,” ujar Afifah kepada Kompas.com, Jumat (26/1/2024).
Baca juga: Antusias Jadi Anggota KPPS, Warga Pasar Minggu: Rasanya kayak Seru Saja Gitu
“Kalau ditanya khawatir, ya saya biasa saja sih. Jujur ya, enggak terlalu dipikirkan banget,” lanjut dia.
Afifah berharap Pemilu 2024 berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan. Ia dan timnya mempelajari sejumlah tips dari media sosial mengenai proses penghitungan surat suara yang panjang saat Pemilu serentak.
“Meskipun belum ada pelatihan dan bimbingan teknis atau bimtek, saya sama teman-teman KPPS sudah cari tahu di TikTok, bagaimana cara supaya tidak kelar lama atau sampai subuh, gitu,” kata dia.
Berdasarkan pengalamannya sewaktu mendaftar sebagai anggota KPPS, proses penyeleksian dinilai ketat.
Salah satunya adalah pengalaman organisasi atau pemilu yang harus diisi dalam formulir pendaftaraan anggota KPPS.
“Mungkin, itu jadi bahan pertimbangan juga kali ya. Karena, apabila kita punya pengalaman organisasi, mungkin ya udah kebayang bagaimana capeknya dalam kepanitiaan atau bagaimana lika-likunya. Setidaknya, bukan menjadi hal yang baru atau syok banget,” kata Afifah.
Meski begitu, ia tidak mengetahui secara pasti apakan tim penyeleksi anggota KPPS mempertimbahkan hal tersebut atau hanya sekadar formalitas.
“Tapi, setidaknya, kalau yang ada pengalaman, ya sudah tahu, kalau masuk ke dalam kepanitiaan itu bukan cuma enaknya doang. Tapi ada bahan pertimbangan yang mungkin enggak mudah buat dijalani, tapi ya sudah, itu memang sudah menjadi resiko atau tanggung jawab menjadi panitia KPPS,” ujar Afifah.
Alasan lain Afifah tidak terlalu khawatir karena jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) dalam satu wilayah diperbanyak.
Baca juga: Antusiasnya Afifah Jadi Anggota KPPS, Ingin Tambah Pengalaman Sekaligus Cuan
“TPS-nya dibuat lebih banyak supaya lebih efisien kerjanya sama efektif waktunya. Setahu saya, sebelum ada pembukaan pendaftaran calon anggota KPPS, setiap RT itu di-list nama warga buat DPT, Jadi bakal ketahuan bakal coblos di mana,” ucap Afifah.
“Jadi, maksimal DPT itu 300 setiap TPS. Kalau di RT tersebut sudah lebih dari 300 DPT, mungkin akan dialokasikan buat coblos di RT lain. Kurang lebih begitu,” lanjut dia.
Untuk diketahui, Pemilu yang diselenggarakan pada 17 April 2019, mengakibatkan 5.175 petugas sakit dan 894 petugas meninggal dunia.
Beban kerja yang cukup besar disebut menjadi salah satu faktor banyaknya petugas yang sakit dan meninggal dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.