Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Khawatir Tragedi Pemilu 2019 Terulang, Anggota KPPS di Pasar Minggu Cari Tips di TikTok

Kompas.com - 26/01/2024, 16:51 WIB
Baharudin Al Farisi,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Pasar Minggu, Afifah Farah Azzahra (22) tidak khawatir tragedi pemilihan umum (Pemilu) 2019 kembali terjadi di Pemilu 2024.

“Sebenarnya, saya baru tahu kasusnya yang kayak begini, maksudnya sampai ada yang meninggal, dan macam-macam. Tapi, saya sudah tahu kalau ada kasus penghitungan sampai subuh,” ujar Afifah kepada Kompas.com, Jumat (26/1/2024).

Baca juga: Antusias Jadi Anggota KPPS, Warga Pasar Minggu: Rasanya kayak Seru Saja Gitu

“Kalau ditanya khawatir, ya saya biasa saja sih. Jujur ya, enggak terlalu dipikirkan banget,” lanjut dia.

Afifah berharap Pemilu 2024 berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan. Ia dan timnya mempelajari sejumlah tips dari media sosial mengenai proses penghitungan surat suara yang panjang saat Pemilu serentak.

“Meskipun belum ada pelatihan dan bimbingan teknis atau bimtek, saya sama teman-teman KPPS sudah cari tahu di TikTok, bagaimana cara supaya tidak kelar lama atau sampai subuh, gitu,” kata dia.

Berdasarkan pengalamannya sewaktu mendaftar sebagai anggota KPPS, proses penyeleksian dinilai ketat.

Salah satunya adalah pengalaman organisasi atau pemilu yang harus diisi dalam formulir pendaftaraan anggota KPPS.

Baca juga: Warga Pasar Minggu Ungkap Proses Tes Kesehatan Jadi Anggota KPPS: Tidak Lulus, Ulang Keesokan Harinya

“Mungkin, itu jadi bahan pertimbangan juga kali ya. Karena, apabila kita punya pengalaman organisasi, mungkin ya udah kebayang bagaimana capeknya dalam kepanitiaan atau bagaimana lika-likunya. Setidaknya, bukan menjadi hal yang baru atau syok banget,” kata Afifah.

Meski begitu, ia tidak mengetahui secara pasti apakan tim penyeleksi anggota KPPS mempertimbahkan hal tersebut atau hanya sekadar formalitas.

“Tapi, setidaknya, kalau yang ada pengalaman, ya sudah tahu, kalau masuk ke dalam kepanitiaan itu bukan cuma enaknya doang. Tapi ada bahan pertimbangan yang mungkin enggak mudah buat dijalani, tapi ya sudah, itu memang sudah menjadi resiko atau tanggung jawab menjadi panitia KPPS,” ujar Afifah.

Alasan lain Afifah tidak terlalu khawatir karena jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) dalam satu wilayah diperbanyak.

Baca juga: Antusiasnya Afifah Jadi Anggota KPPS, Ingin Tambah Pengalaman Sekaligus Cuan

“TPS-nya dibuat lebih banyak supaya lebih efisien kerjanya sama efektif waktunya. Setahu saya, sebelum ada pembukaan pendaftaran calon anggota KPPS, setiap RT itu di-list nama warga buat DPT, Jadi bakal ketahuan bakal coblos di mana,” ucap Afifah.

“Jadi, maksimal DPT itu 300 setiap TPS. Kalau di RT tersebut sudah lebih dari 300 DPT, mungkin akan dialokasikan buat coblos di RT lain. Kurang lebih begitu,” lanjut dia.

Untuk diketahui, Pemilu yang diselenggarakan pada 17 April 2019, mengakibatkan 5.175 petugas sakit dan 894 petugas meninggal dunia.

Beban kerja yang cukup besar disebut menjadi salah satu faktor banyaknya petugas yang sakit dan meninggal dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com