TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Sivitas akademika dan alumni UIN Syarif Hidayatullah meminta akademisi yang mengkritik sikap Presiden Joko Widodo pada Pemilu 2024, tidak perlu khawatir dianggap sebagai politik partisan.
Perwakilan alumni UIN Syarif Hidayatullah Yati Indriyati mengatakan, para sivitas akademika harus yakin bahwa gerakan yang dijalankan saat ini berdasarkan pada integritas.
“Saya ingin mengajak terus dan terus, saya juga ingin menyuarakan, sekali lagi, kita tidak perlu khawatir suara-suara dari Istana, suara-suara miring kekuasaan, yang mengatakan gerakan ini adalah gerakan partisan,” ujar Yati di UIN Syarif Hidayatullah, Senin (5/1/2024).
Eks Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) itu menegaskan, sikap para akademisi terhadap situasi saat ini diambil tanpa ada kepentingan elektoral.
Baca juga: Sivitas Akademika UIN Jakarta Bacakan Seruan Ciputat, Kritik Sikap Jokowi hingga Pemilu 2024
“Kita harus percaya pada diri pada niat kita bahwa gerakan ini berlandaskan pada pesan yang penuh integritas, pesan yang penuh kemurnian, tanpa ada embel-embel, tanpa ada kepentingan elektoral,” kata Yati.
Sebagai informasi, Sivitas Akademika dan Alumni UIN Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan membacakan pernyataan sikap bertajuk “Seruan Ciputat”, Senin (5/1/2024).
Pernyataan sikap itu berisi kritik terhadap penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, sekaligus desakan kepada Presiden Joko Widodo serta aparat pemerintah untuk bersikap netral.
Sebelumnya, koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana menilai, kritik itu sebagai vitamin untuk melakukan perbaikan.
Baca juga: Tolak Politik Dinasti, Sivitas Akademika UIN Jakarta Desak Jokowi Netral
"Dalam negara demokrasi, kebebasan untuk menyampaikan pendapat, seruan, petisi, maupun kritik harus dihormati. Kemarin, Bapak Presiden juga telah menegaskan freedom of speech adalah hak demokrasi," ujar Ari, diberitakan Kompas.com (2/2/2024).
"Kritik adalah vitamin untuk terus melakukan perbaikan pada kualitas demokrasi di negara kita," lanjutnya.
Ari menambahkan, perbedaan pendapat, perspektif, dan pilihan politik merupakan hal sangat wajar dalam demokrasi, apalagi di tahun politik jelang Pemilu.
"Akhir-akhir ini, terlihat ada upaya yang sengaja mengorkestrasi narasi politik tertentu untuk kepentingan elektoral. Strategi politik partisan seperti itu juga sah-sah saja dalam ruang kontestasi politik," ujar dia.
Baca juga: Jokowi Cawe-cawe demi Bangsa, Pengamat: Tempatkan Jadi Presiden Partisan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.