JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi lembap, bau, dan dingin menjadi teman sehari-hari bagi seorang tunawisma bernama Aris (44).
Dalam sebulan belakangan, ia terpaksa menggelandang di kolong jembatan Kanal Banjir Timur (KBT) Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur, tepatnya di dekat Farmers Market Pondok Kopi.
Di sana Aris tinggal bersama dua anaknya, yakni seorang anak perempuan berusia 10 tahun dan anak laki-laki berusia 15 tahun. Sementara itu, istri Aris sudah meninggal dunia sejak lama.
Berdasarkan penuturan Aris kepada Kepala Satuan Pelaksana Dinas Sosial (Kasatpel Dinsos) Kecamatan Duren Sawit Elan Bahruroji, ia dan anak-anaknya sempat menggelandang di halaman ruko.
Baca juga: Tunawisma Sakit Dievakuasi dari Kolong Jembatan KBT Pondok Kopi
"Katanya dulu menggelandang di depan ruko-ruko. KTP-nya hilang di situ. Sekarang tinggal di kolong jembatan sudah sekitar sebulan," ungkap Elan di Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (21/2/2024).
Tempat tinggal Aris dan anak-anaknya di kolong jembatan tersebut tergolong tidak layak, apalagi tidak ada bedeng yang berdiri di sana.
Untuk bisa menuju ke tempat tinggalnya, Aris sekeluarga harus menuruni area berumput yang cukup curam di tepi kali.
Agar tidak jatuh, mereka hanya bisa berpegangan pada rerumputan tinggi dan tanaman liar.
Saat hendak turun ke titik Aris sekeluarga bermukim, seseorang harus berpegangan pada struktur jembatan, serta ranting dan batang pohon di sekitar jalur setapak yang terbuat dari tanah.
Jika hujan, area rerumputan dan jalur menuju "kediaman" Aris dan kedua anaknya cukup licin.
Baca juga: Mayat Tunawisma Ditemukan di Kali Ciliwung, Diduga Bunuh Diri akibat Sakit
Orang-orang mungkin menganggap jembatan KBT hanyalah jalur penghubung Jalan Pondok Kopi Raya dengan Jalan Jenderal RS Soekanto.
Namun, jembatan itu adalah atap "rumah" Aris dan kedua anaknya. Mereka tidak mendirikan bedeng di sana.
Yang tampak hanyalah sebuah kasur tipis sepanjang sekitar 2,5 meter dengan lebar sekitar 1,5 meter. Posisinya berjarak sekitar 10 meter dari tepi kali.
Kasur berwarna putih itu diletakkan di atas sebuah alas yang materialnya tampak mengilap. Di atas kasur hanya ada beberapa kain, tetapi tidak ada bantal atau guling.
Sekitar dua meter di sebelah kiri kasur putih itu ada kasur lainnya yang lebih tipis. Kasur berwarna merah itu juga tidak memiliki bantal atau guling, tetapi tidak beralas seperti kasur yang satunya.