JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang paman berinisial DZ (53) secara tega membunuh keponakannya, yakni AZA (15) di rumah korban di Jalan Cempaka, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (2/2/2024).
Kasus ini terungkap dari laporan kebakaran rumah yang menyebabkan AZA tewas. Belakangan, polisi mengungkapkan, AZA tewas karena dibunuh pamannya.
Ibunda AZA, Lina Marlina (47), membantah anaknya itu dibunuh oleh kakak kandungnya akibat utang. Ternyata, motifnya adalah karena AZA mendapati pamannya mengambil handphone miliknya.
“Ini pengakuan di saat si pelaku sudah tertangkap. Dia (pelaku) bilang, anak saya lagi belajar, diambil handphone-nya, ketahuan sama anak saya,” kata Lina saat ditemui Kompas.com di Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (27/2/2024).
Khawatir perbuatannya ketahuan warga setempat, pelaku menghajar korban pakai meja hingga lima kali anak. DZ tak pedulikan AZA yang tengah merintih kesakitan.
DZ diketahui menghantam kepala keponakannya itu pakai meja hingga tewas. Setelah itu, DZ menaruh kain lap ke atas kompor gas.
Tanpa pikir panjang, pelaku menyalakan kompor tersebut agar seolah-olah terjadi kebakaran. Lina yakin motif DZ memang karena ingin mengambil handphone anaknya.
"Takut ramai, ya sudah akhirnya anak saya dihabisi sama dia. Akhirnya, supaya enggak ketahuan, dia bakar itu kain di atas kompor untuk menghilangkan jejak,” ungkap Lina.
Baca juga: Kisah Paman di Tanjung Priok yang Agak Laen: Bukannya Bantu, tapi Malah Bunuh Keponakan Pakai Bangku
Tetangga korban kemudian melihat kepulan asap di lokasi kejadian. Mereka tak menaruh curiga terhadap DZ lantaran fokus memadamkan api.
“Nah, kata tetangga, 'kok ada asap?’Tetangga panggil anak saya, enggak ada yang sahut kan. Akhirnya dia buka pintu, benar, ada asap, penuh ruangan sama asap, gelap. Dia (tetangga) enggak melihat kalau ada anak saya di bawah. Karena masih penuh asap,” tambahnya.
Sontak, tetangga meminta pertolongan kepada warga setempat. Setelah asap mulai hilang, warga baru mengetahui bahwa AZA sudah bersimbah darah.
Lina membenarkan bahwa DZ mempunyai utang senilai Rp 300.000. Tetapi, dia memastikan tidak pernah menagih secara kasar terhadap pelaku.
“Saya enggak pernah tuh menagih kasar sama dia. Kalau tagih, ya wajar, tagih saja. Tapi, saya enggak pernah tagih kasar sama dia, enggak pernah ngomong kata-kata kasar,” ucap Lina.
Baca juga: Anaknya Dibunuh, Sang Ibu Berharap Kakak Kandungnya Dihukum Mati
Secara hubungan emosional, Lina yang bekerja sebagai sopir ojek online itu memastikan bahwa ia baik-baik saja dengan DZ. Sedangkan, AZA kebetulan sedang sendiri di rumah dan tengah belajar.
“Saat itu sih sebenarnya pelaku enggak ada niat (membunuh), menurut saya, enggak ada niat. Dia datang mau bilang, bahwa dia memang enggak bisa bayar,” ujar Lina.