Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggaran Makan Siang Gratis Rp 15.000 Per Anak, Dapat Apa Saja jika Makan di Warteg?

Kompas.com - 28/02/2024, 14:23 WIB
Dinda Aulia Ramadhanty,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Aji (26), pemilik warteg di belakang Stasiun Depok Baru mengatakan, dengan anggaran Rp 15.000 bisa mendapatkan menu makanan yang beragam di warung makannya.

Menurut dia, dengan dana tersebut masyarakat bisa menikmati tiga jenis lauk makan.

“Kalau Rp 15.000 sudah bisa mencakup nasi dan telur (rekomendasi), itu sudah dikenakan harga Rp 9.000. Lalu sisa Rp 6.000 bisa pakai sayur tahu, ditambah orek tempe, mie atau kentang bisa. Tinggal pilih salah satu saja," kata Aji saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (28/2/2024).

Baca juga: Buntut Dugaan Pelecehan Seksual, Rektor Universitas Pancasila Dinonaktifkan

Sambil melihat-lihat lauk masakannya, Aji kembali menyarankan menu yang sekiranya sesuai dengan selera anak.

"Kalau anak enggak mau telur, di warteg saya juga ada masakan ikan kayak bandeng, tuna, tongkol, dan kembung. Jadi bisa nasi pakai ikan, atau tumis udang juga boleh, kan gizi udang buat anak bagus," ungkap Aji.

Menurut Aji, pilihan menu lainnya yang bisa jadi opsi utama adalah nasi dan ayam.

"Pasti standarnya nasi pakai ayam goreng atau ayam tumis, itu harganya sudah Rp 13.000. Nanti cuma bisa pilih satu lauk, misalnya, nasi pakai ayam goreng dan tempe orek," ungkap Aji.

Hal senada juga diungkapkan pemilik warung nasi di Jalan Margonda Raya Depok, Nung (38). Nung menyarankan capcay dimasukkan ke dalam menu makan siang gratis.

"Capcay tuh bagus buat jadi menu makan anak, segala jenis sayuran dari wortel, sawi, brokoli, ada di situ, telur juga bisa digabung di capcay tersebut. Istilahnya sih, sudah hampir 4 sehat 5 sempurna," tutur Nung.

Nung mengatakan, lauk makan yang penting dikonsumsi bagi anak-anak adalah sayuran dan makanan yang mengandung protein.

"Kebanyakannya untuk anak itu makan nasi pakai telur dan sayur bening macam sop, terus bisa pakai kentang mustofa," ungkap Nung.

Menurut dia, menu makanan yang kurang cocok dikonsumsi anak-anak adalah menu sejenis kerang, usus dan jengkol.

Baca juga: Polisi Gunakan 2 Boneka dalam Rekonstruksi Kematian Anak Tamara Tyasmara

"Usus, kerang gitu kan enggak cocok untuk anak. Apalagi kalau di wartegnya masak jengkol, mana mungkin. Palingan sop dan lauk keringnya silahkan," tutur Nung.

Di samping itu, Aji dan Nung sama-sama berharap agar program makan siang gratis ini bisa membantu perekonomian pedagang warteg.

"Kalau memang pemilik warteg diajak sebagai supplier makan siang anak, tentu lumayan banget. Hal kayak gitu kan jadi ada pemutaran ekonomi buat UMKM," jelasnya.

Sebagai informasi, pemerintah akan menganggarkan Rp 15.000 untuk setiap porsi makan siang gratis di luar susu yang nantinya juga akan diberikan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, anggaran sebesar Rp 15.000 per anak didapat dari pelaksanaan uji coba atau pilot project yang telah dilakukan sebelumnya.

"Kita kan sudah membuat pilot project, nanti kita lihat lagi," kata dia saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (27/2/2024).

Baca juga: Pemprov DKI Diminta Hati-hati Saat Menonaktifkan NIK Warga Jakarta di Luar Daerah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com