JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolres Jakarta Utara (Jakut) Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan, tidak adanya jejak digital jadi kendala polisi dalam menyelidiki penyebab satu keluarga bunuh diri di Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakut.
"Tidak ada jejak digital sangat menyulitkan," ungkap Kombes Gidion di Polres Jakut, Senin (18/3/2024).
Ia mengungkapkan, saat melompat dari lantai 12 Apartemen Teluk Intan, korban membawa handphone.
Handphone tersebut pun pecah dan mengalami kerusakan yang parah.
Baca juga: Polisi Periksa Kerabat dan Saksi di TKP Kasus Satu Keluarga Lompat dari Apartemen di Penjaringan
Jadi, data di dalam handphone tersebut pun sulit untuk dilacak oleh pihak kepolisian.
"Handphone pecah berat dan tidak bisa diekstrak datanya," sambung Gidion.
Gidion juga menjelaskan, Sosial Media (Sosmed) dari para korban sudah tidak aktif lagi.
Bahkan sebelum kejadian bunuh diri tersebut, keempat korban sempat menaiki taksi online untuk menuju aprtemen.
Komunikasi terakhir yang dilakukan hanya dengan sopir taksi online.
Gidion mengatakan, dari komunikasi tersebut terlihat sangat natural dan tidak ada kecemasan dari para korban.
Baca juga: Satu Keluarga Terjun dari Apartemen di Penjaringan, KPAI: Bentuk Kekerasan Orangtua terhadap Anak
"Dia pakai Grab bahkan komunikasi terakhir dengan Grab sangat natural. Tidak ada kecemasan," ucapnya.
Pihak kepolisian juga mempertegas, tindakan bunuh diri ini memang sudah direncanakan.
Hal tersebut terlihat dari tali yang sudah dipersiapkan untuk mengikat tangan korban.
Namun, siapa yang menginisiasinya masih dicari tahu sampai saat ini.
"Direncanakan sudah pasti, tapi inisiasi siapa belum diketahuin," tuturnya.