JAKARTA, KOMPAS.com - Sopir angkot bernama Hasan Basri (55) mengeluhkan soal bagaimana dia dan teman-temannya bertahan hidup di Ibu Kota.
Sebab, kebutuhan sehari-hari tak sebanding dengan pendapatan yang mereka dapatkan.
“Susah, cari setoran saja terkadang mengutang. Besok baru dapat duit, tombok lagi. Enggak dapat duit (pendapatan), pakai duit setoran (buat biaya sehari-hari). Besoknya kita cicil Rp 10.000 per hari, terus gitu,” ungkap dia kepada Kompas.com di Terminal Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (20/3/2024).
Baca juga: Kisah Sopir Angkot, Kini Sengsara tetapi Pernah jadi Profesi Primadona
Hasan mengungkapkan, istrinya bekerja sebagai pengamen berkostum badut. Sehari-hari, istri Hasan bekerja bersama anak bungsunya yang masih berusia 3 tahun.
“Dia (istri) sudah melamar jadi tukang cuci, dan lain-lain. Tapi sudah penuh semua. Dia dulu Go Clean, karena melahirkan, enggak bisa lagi waktu itu. Sekarang melamar jadi pembantu rumah tangga, enggak diterima,” kata Hasan.
Mereka bermukim di salah satu kontrakan di kawasan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Baca juga: Sopir Angkot: Dulu kalau Cuma Jadi Kernet, Hidup Sudah Enak
“Kontrakan satu petak. Kamar mandi di luar. Biaya sewa per bulan itu Rp 800.000. Saya punya anak dua, anak pertama saya SMP swasta, itu banyak pengeluarannya,” ungkap Hasan.
Meski dalam kondisi terimpit, dia tetap bersyukur kepada Sang Pencipta.
Sebagai perantau asal Bukittinggi sejak berusia 19 tahun, Hasan juga tidak menyangka bisa bertahan dengan kerasnya kehidupan di Ibu Kota sampai saat ini.
Baca juga: Cerita Sopir Angkot di Jakarta, Merantau dari Bukittinggi di Usia 19 Tahun Bermodal Rp 10.000
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.