JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah mahasiswa tercatat sebagai penerima bantuan Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU), padahal orangtuanya merupakan ASN hingga pegawai BUMN.
Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) DKI Budi Awaluddin menduga, orangtua para mahasiswa penerima KJMU itu merupakan pensiunan ASN hingga pegawai BUMN.
Petugas Disdukcapil DKI saat ini tengah memverifikasi dan validasi terhadap 33 dari 627 mahasiswa yang tidak sesuai kriteria itu.
Baca juga: F-Golkar DKI Usul KJP Dialihkan untuk Sekolah Gratis dan Pertahankan KJMU
"Bisa ditanyakan ke Disdik kenapa. nah ini kan perlu diverifikasi dan validasi, bisa jadi dalam (orangtua) mereka sudah pensiun. Mereka (para mahasiswa penerima KJMU) belum update ke kita," ujar Budi saat dikonfirmasi, Kamis (21/3/2024).
Menurut Budi, ketidaksesuaian penerima KJMU itu baru diketahui setelah Disdukcapil melakukan tiga parameter padanan data beberapa waktu lalu.
Ketiga padanan itu, yakni data SIAK terpusat, penataan dan penertiban sesuai domisili, dan pekerjaan kepala keluarga penerima KJMU.
"Saat kami padankan dengan penataan dan penertiban penduduk, ada banyak mereka yang sudah berada di luar DKI, tidak dikenal, dan ini perlu verifikasi dan validasi," kata Budi.
Diberitakan sebelumnya, Disdukcapil telah melakukan pemadanan data mahasiswa ber-KTP DKI yang menerima KJMU.
Dari 19.041 mahasiswa yang tercatat sebagai penerima KJMU, 624 di antaranya datanya tak sesuai.
"Temuan sementara berdasarkan pemadanan data kami sebanyak 624 orang perlu dicek kembali," ujar Budi, Selasa (12/3/2024).
Baca juga: Ratusan Mahasiswa yang Dicoret dari Daftar Penerima KJMU Ajukan Protes
Proses pemadanan oleh Disdukcapil dilakukan selektif dengan melihat sejumlah kriteria untuk memastikan bahwa penerima KJMU adalah warga yang benar-benar layak atau membutuhkan bantuan.
"Sesuai padanan pekerjaan kepala keluarga dari 33 orang penerima KJMU itu tercatat berpenghasilan tidak rendah. Para orangtua mereka bekerja sebagai dosen, karyawan BUMN atau BUMD, PNS, konsultan, anggota lembaga tinggi lainnya," kata Budi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.