JAKARTA, KOMPAS.com - Masjid An-Nawier, Pekojan, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, dibangun pada zaman Hindia Belanda, atau tepatnya pada 1760 Masehi.
Ketua Nazir Masjid Jami An-Nawier, Ustaz Dikky Basanddid mengatakan, Kampung Pekojan dulunya dihuni oleh mayoritas umat muslim.
"Dahulu, membangun rumah ibadah itu lokasinya dihuni mayoritas kaum muslimin," kata Dikky saat ditemui di lokasi, Kamis (21/3/2024).
Menurut dia, Kampung Pekojan merupakan kampung muslim tertua di Batavia.
Baca juga: Mengunjungi Masjid Berusia 294 Tahun di Tambora yang Bergaya Eropa Kuno
Kata Dikky, kala itu daerah Pekojan dihuni etnis Koja, etnis Yaman, dan etnis pribumi salah satunya suku Betawi dan Madura.
Karena dihuni oleh sebagian besar orang muslim, Masjid An-Nawier bersebelahan dengan mushala dan masjid lain.
Namun, ketika memasuki ibadah shalat Jumat, masyarakat Pekojan pasti beribadah di Masjid An-Nawier.
"Makanya masjid ini disebut "Masjid Jami", berkumpulnya mereka satu pekan sekali di hari Jumat. Namun, kami belum mengetahui siapa yang menetapkan masjid ini sebagai Masjid Jami," kata Dikky.
Baca juga: Ngabuburit ke Masjid Kubah Emas, Tempat Ibadah yang Adopsi Gaya Arsitektur Timur Tengah
Di bagian belakang Masjid An-Nawier, terdapat menara berwarna putih. Terlihat beberapa pengeras suara ada di dalam menara itu.
Menurut Dikky, menara itu sebagai tanda Masjid An-Nawier merupakan Masjid Jami, serta untuk mengumandangkan azan.
"Menara itu difungsikan alat untuk mengumandangkan azan di masanya, belum ada pengeras suara saat itu," papar dia.
Terdapat puluhan pintu setinggi 2,5 meter untuk akses masuk masjid itu. Selain itu, terdapat juga pilar di bagian dalam masjid yang tingginya sekitar 5 meter hingga atap masjid.
Baca juga: Masjid Agung Sunda Kelapa, Wisata Religi di Jakarta yang Punya Atap Unik Serupa Perahu
Dikky mengatakan, pilar dan pintu itu seperti bangunan yang berada di kota tua dan bergaya eropa kuno.
"Bangunan ini sama dengan yang ada di kota tua atau bangunan bergaya eropa khasnya terdiri dari pilar yang menjulang tinggi," kata dia.
Selain itu, terdapat 33 pilar tinggi di dalam masjid. Menurut Ustaz Dikky, pilar itu melambangkan tasbih yang dibaca usai shalat.
"Sebilangan dengan bacaan tasbih. Nah jadi tiang itu melambangkan bacaan," ungkap Dikky.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.