JAKARTA, KOMPAS.com - Ratusan warga Jabodetabek mengikuti program hapus tato gratis yang diselenggarakan Badan Amil Zakat Nasional atau Baznas (Bazis) DKI Jakarta di Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Kamis (21/3/2024).
Ada berbagai alasan yang melatarbelakangi mereka untuk menghapus sebuah mahakarya yang terukir di kulit tubuhnya.
Salah satunya seperti yang diungkapkan perempuan bernama Sagita. Ia rela menghapus tatonya karena sang suami tak menyukainya.
Baca juga: Dimarahi Suami, Sagita Rela Hapus Tato meski Rasanya Sakit
“Dulu bikinnya enggak bilang-bilang, eh malah ketahuan sama suami. Dia lalu menyuruh saya buat menghapus,” ujar dia kepada wartawan.
Sagita tak menampik dirinya sempat ragu untuk menghapus dua tato yang dimilikinya.
Pasalnya, ia mendapatkan informasi bahwa menghapus tato rasanya lebih sakit ketimbang proses pembuatannya.
“Saya maju mundur juga sebenarnya, karena katanya sakit. Pas dicoba, beneran sakit,” tutur dia sambil menyeringai.
Akibatnya, Sagita mengurungkan niat untuk menghapus semua tatonya pada waktu bersamaan.
Ia memilih untuk menghapus satu tato terlebih dahulu yang terletak di pergelangan tangan kanannya.
“Ada satu yang belum, enggak tahan sakitnya,” ucap dia.
Baca juga: Hapus Tato demi Anak, Syarief: Malu dan Takut Dia Meniru Saya...
Berbeda dengan Sagita, seorang pria bernama Anung (29) bertekad menghapus tato yang terukir di tangannya karena sang ibunda tiba-tiba jatuh sakit.
Ia mengungkapkan, perempuan yang telah membesarkannya itu divonis terkena stroke tak lama setelah melihatnya bertato.
“Jadi Ibu saya sakit stroke karena melihat saya memiliki tato. Dia mengalami pendarah otak,” kata dia.
Anung tak menampik bahwa dirinya tak memikirkan efek jangka panjang saat mengukir tato di tubuhnya.
Ia juga tak menyangka jika sang ibunda bakal syok dan jatuh sakit sesaat setelah melihatnya bertato.