JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Depok bernama Sadikun (56) mengaku tak mendapatkan jaminan kesehatan selama menjadi marbut di Masjid Raya Palapa Baitus Salam.
Ia mencari nafkah di masjid yang berlokasi di Pasar Minggu, Jakarta Selatan itu sejak 1992 alias sudah 32 tahun.
“(BPJS atau asuransi kesehatan) kalau dari sini (pihak masjid) enggak ada,” ungkap Sadikun saat ditemui Kompas.com di Masjid Raya Palapa Baitus Salam, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (21/3/2024).
Baca juga: Gaji Marbut Tak Cukup, Sadikun: Kalau Istri Enggak Bantu, Enggak Bisa Apa-apa
Kendati demikian, Sadikun bisa mengandalkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) dari pemerintah.
Ia pernah menggunakannya untuk mengobati penyakit yang dideritanya.
“BPJS gratis ada. Saya punya KIS. Kayak begini kan?” ujar Sadikun sambil menunjukkan KIS yang dikeluarkan dari dompet cokelatnya.
“Ini sudah pernah dipakai, aktif sih, Alhamdulillah,” tambah dia.
Ayah dua anak itu tidak mengerti nama penyakit apa yang dia derita beberapa waktu lalu. Namun, kata Sadikun, penyakit tersebut bisa berpindah ke bagian tubuhnya yang lain.
“Ini (kulit di tumit) sakit, gatal-gatal. Ini sudah sembuh, pindah ke sini (betis). Enggak gatal banget sih, tapi tiba-tiba kayak jamur gitu. Karena sering main air kali ya,” ujar Sadikun sambil tertawa.
Baca juga: Terima Rp 2 Juta Per Bulan, Marbut di Pasar Minggu: Alhamdulillah, Sekarang Lumayan...
Untuk diketahui, Sadikun merantau dari Blora, Jawa Tengah untuk mengadu nasib di Ibu Kota pada 1987.
Setelah lima tahun melanglang buana mencoba berbagai macam pekerjaan, Sadikun akhirnya berlabuh di Masjid Raya Palapa Baitus Salam dan bekerja sebagai marbut.
Sadikun mengikuti jejak ayahnya yang sudah lebih dulu menjadi marbut di masjid tersebut.
Gaji pokok Sadikun per bulan sebagai marbut senilai Rp 1,2 juta. Namun, jika dalam satu bulan tersebut banyak kegiatan, dia bisa menerima lebih dari Rp 2 juta.
Sadikun bersama istri dan dua anaknya kini tinggal di Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.
Kediaman yang sekarang sudah menjadi hak milik itu dia beli dari uang jual tanah warisan, tabungan selama menjadi marbut, dan pinjaman bank.
Baca juga: Selain Jadi Marbut dan Buka Warung Kelontong, Thohir Juga Ngojek untuk Bertahan Hidup
Anak sulung Sadikun tengah berkuliah di salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Sedangkan, si bungsu juga mengemban pendidikan di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta.
Istri Sadikun membuka usaha kecil-kecilan di rumah sambil menjalani tugas sebagai ibu rumah tangga (IRT).
Menurut dia, penghasilannya sebagai marbut tidak akan menutup kebutuhan keluarga sehari-hari jika istrinya tidak membantu mencari nafkah.
Walau begitu, Sadikun tetap bersyukur karena telah diberikan rezeki yang berlimpah oleh Sang Pencipta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.