Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Bisa Tutup Warung Sembako, Kakak Beradik Ini Baru Mudik Sepekan Usai Lebaran

Kompas.com - 17/04/2024, 17:55 WIB
Baharudin Al Farisi,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

 

TANGERANG, KOMPAS.com - Kakak beradik bernama Subaidi (32) dan Jahrani (44) bersama dua saudaranya yang lain baru bisa pulang kampung satu minggu usai Lebaran, yakni Rabu (17/4/2024).

Bukan menghindari kemacetan, mereka baru bisa pulang kampung hari ini karena warung sembako yang mereka kelola di Tangerang Selatan tidak bisa tutup selama Lebaran.

“Kami kan usahanya di sini warung sembako Madura, kami kan pulang juga tunggu pengganti (anak buah). Istilahnya, kita pulang kampung bukan tutup usaha, kita tunggu gantian yang jaga,” kata Subaidi saat ditemui Kompas.com di Terminal Pondok Cabe, Pondok Cabe Udik, Pamulang, Tangerang Selatan, Rabu.

Baca juga: Perjuangan Mudik Ridwan Mahasiswa di Bandung, Kerja Sampingan demi Beli Tiket Bus

“Yang jaga (pengganti) itu kan biasanya pengin Lebaran di rumah dulu (kampung halaman). Kita sebagai pemilik yang mengalah. Rela lebaran di sini dulu. Baru, setelah Lebaran, kita pulang,” ucap Subaidi melanjutkan.

Oleh karena itu, empat bersaudara itu terpaksa menunggu pengganti untuk berjaga di warung sembako mereka masing-masing.

Karyawan lain yang juga masih kerabat mereka baru tiba di Tangerang Selatan dua hari lalu sehingga mereka bisa bergantian menjaga warung.

“Soalnya enggak mungkin ditutupkan (warungnya),” ujar Subaidi.

Saat ditanya apakah alasan mereka tidak menutup warung sembako karena tetap ingin menghasilkan uang, Subaidi membantahnya.

Ia menegaskan, setiap warung Madura yang menjamur di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), mempunyai sistem yang berlaku berkepanjangan.

Baca juga: Kesedihan Yunda Lewatkan Momen Lebaran di Tanah Perantauan Tanpa Orangtua, Baru Bisa Mudik H+6

“Beda sistemnya. Kalau warung Ucok atau Batak, kalau pulang kampung kan sebelum Lebaran. Warung ditutup sebulan, nanti dia balik lagi,” imbuh Subaidi.

“Nah, kalau untuk warung Madura, kita pakai sistem aplusan. Istilahnya, kita datangkan penjaga. Jadi, nanti kita di kampung lebih lama. Jadi, usaha tetap jalan, pulang kampung enak, enggak terpikirkan sama usaha kita di sini,” tambah dia.

Empat bersaudara itu bertolak dari Terminal Pondok Cabe ke Kabupaten Sumenep, Madura, menggunakan bus Gunung Harta dengan biaya tiket Rp 430.000 per orang untuk satu kali perjalanan.

Mereka mudik ke kampung halaman tentunya tidak dengan tangan kosong setelah satu tahun di tanah perantauan. Mereka membawa sejumlah kardus yang sudah terikat rapi.

“Sebenarnya mah barang-barang bekas saja. Kayak alat dapur atau yang lainnya. Ya karena masih dibutuhkan,” ucap Jahrani.

Meski begitu, beberapa kardus juga ada yang berisi oleh-oleh yang rencananya akan mereka bagikan ke sanak saudara di kampung halaman.

Baca juga: Puas Mudik Naik Kereta, Pemudik Soroti Mudahnya Reschedule Jadwal Keberangkatan

“Tapi ini sebagian juga oleh-oleh sih. Lama di perantauan, masa pulang dengan tangan kosong? Otomatis, kalau di kampung kan, banyak tetangga yang datang. Paling tidak, ada lah buat mereka, THR, oleh-oleh,” ungkap Subaidi.

Dengan demikian, masing-masing orang setidaknya menyiapkan uang senilai Rp 5 juta untuk mudik yang meliputi biaya transportasi, oleh-oleh, dan tetek bengek lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Megapolitan
'Mayday', 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

"Mayday", 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

Megapolitan
Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Megapolitan
Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Megapolitan
Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Megapolitan
Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk 'Liquid'

Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk "Liquid"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com