Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Kompas.com - 25/04/2024, 14:55 WIB
Ruby Rachmadina,
Jessi Carina

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Wakil Ketua I DPRD Kota Bogor Jenal Mutaqin menyatakan siap bertarung di Pilkada Kota Bogor 2024.

Jenal sendiri jadi salah satu kader yang diusulkan maju sebagai calon wali kota Bogor 2024 berdasarkan hasil rapat konsolidasi dan pleno DPC Partai Gerindra Kota Bogor pada Senin (18/3/2024) lalu.

Jenal menyampaikan, niatnya maju untuk menjadi orang nomor satu di Kota Bogor itu sudah ada sejak lama.

Baca juga: Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

“Niatan pribadi untuk bergeser ke ajang kontestasi Pilkada 2024 memang syahwat itu sudah ada,” ucap Jenal saat diwawancarai Kompas.com, Kamis (25/4/2024).

Jenal mengatakan sudah 15 tahun dia mendengar keluhan masyarakat selama menjadi wakil rakyat. 

Keluhan masyarakat yang disampaikan kepadanya mengenai pendidikan gratis, kesehatan, pemberian makanan tambahan (PMT) untuk setiap posyandu, hingga kurangnya ketersediaan lahan pemakaman gratis untuk masyarakat Kota Bogor tidak dapat terealisasikan di pemerintahan sebelumnya.

Baca juga: Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Saat disinggung apakah permasalahan tersebut tidak bisa diselesaikan oleh Wali Kota yang saat itu dipimpin Bima Arya, Jenal berkata setiap kepala daerah itu memiliki skala prioritas.

Dia menilai kepemimpinan Bima Arya sebagai walikota Bogor dua periode itu sudah bagus dan berinovasi.

Ini dibuktikan dengan berubahnya wajah Kota Bogor menjadi lebih estetik.

Namun, lanjut Jenal, selama tiga periode dirinya menjadi wakil rakyat di DPRD, hal-hal itulah yang belum tersentuh atau belum maksimal, dan ini yang perlu dilakukan oleh dirinya dan juga para bakal calon walikota lainnya.

“Buktinya saya sudah tiga periode, saya mengusulkan program-program yang sama, berulang-ulang tetapi tidak pernah direalisasikan. Dari dasar itu saya seorang legislatif, berpikir bahwa kalau ada kesempatan saya akan coba bergeser ke eksekutif,” tutur Jenal.

“Contoh pada tahun 2014, ketika bayi baru lahir tidak boleh pulang karena belum punya BPJS, kedua di setiap RT ada anak yang putus sekolah dan tidak bisa sekolah, kemudian lahan pemakaman yang sampai hari ini orang masih memandang sebelah mata. Saya usulkan dari 2012, sampai detik ini belum pernah terealisasi,” lanjutnya.

Sebenarnya, Jenal sudah menampung hal-hal apa saja yang dikeluhankan masyarakat Kota Bogor selama ini.

Namun, karena kedudukannya yang hanya sebatas anggota legislatif, Jenal tak memiliki kekuasaan penuh untuk mengimplementasikannya.

“Lain cerita kalau saya ada di eksekutif, keluhan itu akan saya langsung eksekusi tentu dengan program, aturan, dan juga penyesuaian terhadap program nasional yang harus selaras,” tuturnya.

Untuk langkah selanjutnya, Jenal mengatakan mulai melakukan konsolidasi hingga ke tingkat bawah untuk memperkuat jaringan baik di internal partai maupun kepada semua relawan dan pendukung.

“Langkah saya karena muncul dari internal maka konsolidasi yang paling fokus, memperkuat jaringan partai itu sedang kami lakukan,” tutur Jenal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com