JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta merespons pernyataan Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi yang menyebut masih ada daerah kumuh dekat Istana Negara.
Daerah yang disebut kumuh dan ekonomi warganya memprihatinkan itu adalah perkampungan di Kelurahan Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat.
Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan (Citata) DKI Jakarta, Heru Hermawanto mengatakan, tak bisa sembarangan menyebut suatu daerah sebagai kawasan kumuh.
Baca juga: Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...
Bagi dia, ada kriteria-kriteria yang harus menjadi dasar penilaiannya. Misalnya, kriteria itu dalam konteks bentuk dan kondisi fisik bangunan, maupun strata sosial dari para penghuni rumah.
"Ada kumuh karena bangunan berantakan tapi standar (bangunan) memenuhi. Nah itu dalam konteks saya sebagai perencana kota itu kumuh," ujar Heru saat ditemui di kawasan Bogor, Jawa Barat, Kamis (25/4/2024).
Heru pun mempertanyakan fakta sebenarnya kondisi daerah Tanah Tinggi yang disebut kumuh tersebut. Perlu ada penelusuran lebih lanjut untuk memastikannya bisa dikategorikan kumuh.
Namun, Heru tidak menjelaskan apakah pihaknya akan menelusuri lebih lanjut daerah kumuh yang dimaksud. Dia juga enggan berkomentar banyak mengenai persoalan itu.
"Teman-teman bisa lihat di google, foto udara, seperti apa faktanya bagaimana, saya tidak bisa banyak komentar lah," kata Heru.
Kompas.com mendatangi lokasi yang disebut sebagai daerah kumuh di kawasan Tanah Tinggi Johar Baru, Jakarta Pusat, yakni wilayah RW 12.
Permukiman warganya berlokasi di Jalan Tanah Tinggi XII yang mempunyai lebar berkisar tiga sampai empat meter. Jaraknya dari Istana Negara sekitar 5 kilometer.
Di sepanjang Jalan Tanah Tinggi XII, terdapat sebuah kali dengan ketinggian turap sekitar dua meter.
Warna airnya hitam. Meski mengalir, banyak sampah plastik yang mengambang dan tersangkut hingga akhirnya menumpuk di beberapa badan sungai.
Secara kasat mata, rumah-rumah penduduk yang berdiri dekat Jalan Tanah Tinggi XII ini merupakan bangunan permanen. Seolah tidak tampak seperti kawasan kumuh yang kebanyakan bangunanannya semipermanen.
Ketua RW 12, Imron Buchari kemudian mengajak Kompas.com menyusuri gang-gang dengan lebar bervariasi, mulai dari satu meter hingga hanya 40 sentimeter.
Kami tidak bisa berjalan sejajar. Bahkan, terkadang harus bergantian dengan pejalan kaki dari arah yang berlawanan ketika melewati gang sempit.
Baca juga: Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem