JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah calon taruna (catar) Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta 2024 merasa kecewa dengan keputusan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang menunda seleksi mahasiswa baru di kampus itu.
"Jangan sampai Pak Menteri ini menghancurkan mimpi kami. Mimpi kami tinggi pak, saya perwakilan dari taruna dan taruni sangat kecewa dengan keputusan pak menteri," kata Muhammad Radjendra Hendrowibowo (18) salah seorang catar STIP kepada awak media di Markas Corps Alumni Akademi Ilmu Pelayaran, Koja, Jakarta Utara, Rabu (15/5/2024).
Para catar STIP termasuk Muhammad merasa kecewa saat mendengar kabar adanya moratorium (penundaan) seleksi calon taruna.
Keputusan Kemenhub yang dinilai sepihak itu membuat Muhammad merasa dihancurkan secara mental.
Pasalnya, ia dan catar lainnya sudah melakukan berbagai persiapan untuk melanjutkan pendidikan di STIP.
"Banyak dari kami yang sudah berjuang capek-capek, belajar, kita tes, menyiapkan fisik kita, banyak perjuangan yang sudah kita lakukan untuk bisa ikut tes STIP ini," tegas Muhammad.
Banyak catar yang menjadikan STIP sebagai kampus impiannya karena dinilai sebagai sekolah pelayaran terbaik di Indonesia dan terkenal di kancah internasional.
Rasa kecewa juga dirasakan oleh catar lain asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), bernama Fransiskus (21).
Baca juga: Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior
"Saya kecewa datang dari sana (Flores) jauh-jauh ke sini untuk memperjuangkan cita-cita saya. Saya pertama kuliah, tapi mendengar adanya pemberitaan tes STIP saya ingin sekali menjadi seorang taruna," katanya kepada Kompas.com.
Nur Maharani Putri (17), calon taruni (catir) dari Jakarta Utara juga merasa sedih saat tahu Kememhub menunda sementara seleksi mahasiswa baru STIP.
"Sedih sih, kok bisa batal, sedih banget sempat nangis juga. Kata keluarga 'yang sabar aja ya, enggak apa-apa, siapa tahu nanti dicoba lagi,'" kata dia.
Diberitakan sebelumnya, Kemenhub menunda penerimaan mahasiswa baru STIP buntut kasus penganiayaan Putu Satria Ananta Rustika (19) hingga tewas di tangan seniornya, Tegar Rafi Sanjaya (21).
Padahal, para catar sudah melakukan tes pertama di bidang akademik dan sudah membayar uang pendaftaran Rp 2 juta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.