DEPOK, KOMPAS.com - A (12), korban perundungan atau bullying yang terjadi di Rangkapan Jaya, Pancoran Mas, Kota Depok, dikenal pendiam dan akrab dengan neneknya.
Hal itu disampaikan Kuswanto, Ketua RT 06 RW 07 Kelurahan Rangkapan Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok.
"Anaknya baik, makanya terus terang saja ikut sedih. Jadi dia anaknya pendiam," kata Kuswanto saat ditemui di kediamannya, Rabu (5/6/2024).
Kuswanto menyebutkan, selama ini korban tinggal bersama neneknya, sehingga ia banyak berdiam di rumah.
Baca juga: Siswi SD di Depok Jadi Korban Bully Pelajar SMP
"Saya juga enggak nyangka kalau dia (korban) bakal ada kejadian seperti itu. Karena yang saya tahu, A itu yatim, lalu biasanya di rumah bareng sama neneknya," ucap Kuswanto.
Beberapa kali Kuswanto juga antar-jemput A ke sekolah jika dirinya sempat dan atau berpapasan di sekitar rumah korban.
"Kesehariannya ya kalau menurut yang setiap hari saya lihat, berangkat sekolah ya saya kadang boncengin karena kebetulan enggak ada yang antar. Kalau pulang juga sama," ujar Kuswanto.
Oleh karena itu, dia sedikit tak percaya mendapatkan laporan berkait warganya terlibat aksi perundungan terhadap A.
Baca juga: Siswi SD Korban Bullying di Depok Derita Luka di Punggung dan Kepala
Terlebih, Kuswanto juga menerima pengakuan bahwa korban tidak berani melawan pelaku saat kejadian.
"Kemarin begitu ditanya sama Babinkhantibmas, kenapa tidak berusaha melarikan diri ya korban bilang 'enggak berani'. Jadi dia tidak ada kemampuan untuk melawan,"
Sebelumnya diberitakan, seorang siswi SD di Depok diduga jadi korban perundungan oleh tiga pelajar sekolah menengah pertama (SMP).
Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Depok Iptu Nurhayati membenarkan peristiwa itu.
"Iya, baru kemarin kejadiannya. Itu korbannya kelas 6 SD," kata Nurhayati kepada Kompas.com, Selasa (4/6/2024).
Baca juga: Kasus Bully Siswi SD di Depok, Korban dan Pelaku Tinggal di RW yang Sama
Nurhayati mengungkapkan, terduga pelaku merupakan pelajar SMP yang diperkirakan ada tiga orang.
"Pelakunya anak SMP, korbannya SD. Jadi aksi itu kayak 1 lawan 1 gitu," ucap Nurhayati.
Penganiayaan terjadi pada Sabtu (25/5/2024) di kisaran waktu selepas pulang sekolah. Insiden itu disebutkan itu sebagai perkelahian satu lawan satu.
"Pelakunya anak SMP, korbannya SD. Jadi aksi itu kayak 1 lawan 1 gitu," ucap Nurhayati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.