Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: Sepanjang Tidak Fitnah, Saya Tidak Pernah Takut

Kompas.com - 01/08/2013, 07:36 WIB
Kontributor Singapura, Ericssen

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam sepekan terakhir, karakter kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama yang tegas, ceplas-ceplos, dan tanpa rasa takut terlihat menonjol. Dengan cara seperti itulah Basuki menghadapi kritik hingga serangan bertubi-tubi dihadapinya.

Gaya seperti itu tidak sekali-dua kali ditunjukkan oleh Basuki. Gaya itu sudah menjadi karakternya. Ia akan tetap mempertahankannya meski gaya itu tak biasa dilakukan oleh pejabat pemerintah di Indonesia.

Dalam wawancara eksklusif dengan kontributor Kompas.com, Ericssen, Rabu (31/7/2013), di ruang kerjanya, pria yang kerap disapa Ahok itu berbicara tentang filosofi kepemimpinan yang ia jalankan. Berikut petikan wawancara tersebut.

Tanya (T): Pak Wagub terkenal dengan pembawaan yang keras, apakah memang sudah menjadi karakternya? Atau apakah ini sebagai suatu metode khusus untuk memimpin DKI?

Basuki (B): Saya tidak punya metode khusus. Pada dasarnya, saya mulut dan hati sama, saya terbuka-buka saja. Ada persepsi publik bahwa pejabat di Indonesia ini harus pelan, beradab, dan santun.

Kompas.com/ERICSSEN Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama menjawab pertanyaan wawancara di ruang kerjanya, pagi ini

Tentu, saya tidak mempermasalahkan itu. Namun, bagi saya, kesantunan itu dinilai dari apakah kita ada menilap uang rakyat atau tidak. Untuk apa kita santun tapi korupsi, itu sama saja membunuh rakyat pelan-pelan.

Jangan lupa, sistem pemilu kita saat ini adalah one man, one vote. Terkadang sistem ini membuat pejabat cenderung khawatir tidak populer, takut tidak terpilih. Akibatnya, mereka lebih mementingkan pencitraan. Mungkin mereka dongkol, tapi hanya menahannya di dalam hati, khawatir rakyat menilai mereka terlalu meledak-ledak.

Saya hanya mengatakan kenyataan atau realita yang di lapangan. Sepanjang saya tidak mengatakan fitnah, saya tidak pernah takut. Saya taat kepada sumpah jabatan yang saya ucapkan. Saya taat kepada konstitusi.

Mungkin ada yang berpikir, saya kan sudah menjadi Wagub, posisi enak, fasilitas nyaman, ngapain sibuk-sibuk menegakkan keadilan dan kebenaran, duduk tenang saja. Bagi saya, mental inilah yang harus dibuang.

Saya sudah diberi amanat oleh rakyat dan akan berusaha semampu saya untuk memenuhinya. Saya melayani rakyat, bukan berkonsentrasi untuk kembali terpilih atau tidak.

T: Orang-orang menyebut Bapak sebagai Firaun, sosok yang arogan, begini, begitu. Bukankah itu menimbulkan kesan sebagai seorang pemimpin yang otoriter?

B: Pertama, kita harus mendefinisikan pengertian otoriter itu apa. Otoriter adalah jika kita membuat peraturan dengan sewenang-wenang dan berusaha memaksakannya kepada rakyat.

Saya selaku Wagub tidak dapat membuat peraturan apa pun, semuanya dibuat oleh DPRD. Saya hanya menjalankan peraturan yang ada. Mau bagaimana menyebut saya otoriter? Ha-ha-ha...

T: Saya secara pribadi melihat Pak Ahok sebagai Lee Kuan Yew-nya Indonesia. Lee Kuan Yew (mantan Perdana Menteri Singapura) terkenal dengan gaya kepemimpinannya yang keras dan otoriter, bagaimana Bapak memandang pernyataan ini?

B: Tentu saja Lee Kuan Yew bisa dikatakan merupakan sosok yang sangat sukses membangun Singapura. Harus kita ingat, puluhan tahun lalu, Singapura juga penuh dengan banyak masalah dan rakyat yang sulit diatur. Namun, dengan law enforcement yang kuat, Singapura berhasil menjadi contoh sukses sekarang.

Penegakan hukum merupakan kunci utama dan semua memerlukan proses. Ambil contoh, ketika itu, ada kasus seorang dokter spesialis di Singapura yang mencuri tanaman antik. Singapura saat itu sedang sangat kekurangan dokter spesialis, Lee dihadapkan pada dilema, memenjarakannya atau memberi dispensasi. Akhirnya, dokter itu dipenjarakan walau mereka sangat memerlukannya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Megapolitan
Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Megapolitan
Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com