Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: Mungkin Kita Ganti Lagi Kepala UP Transjakarta?

Kompas.com - 21/10/2013, 12:54 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Tak sedikit difabel (different ability people) yang mengeluhkan minimnya fasilitas penunjang di transjakarta sehingga mereka kesulitan untuk menggunakan pelayanan transjakarta.

Menanggapi hal itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan bahwa di beberapa jalur transjakarta memang tidak ramah dengan kaum difabel. Ia pun telah menugaskan Kepala Unit Pengelola (UP) Transjakarta Pargaulan Butarbutar untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

"Betul, ada beberapa jalur yang tidak bagus. Sekarang lagi saya tugaskan Pak Butarbutar untuk membereskan," kata Basuki, di Balaikota Jakarta, Senin (21/10/2013).

Salah satu aspek yang akan dibenahi adalah ketersediaan petugas UP Transjakarta untuk mendampingi maupun membantu penumpang difabel transjakarta. Dia juga sedang mengkaji jalan terbaik untuk UP Transjakarta, apakah dibuat menjadi BUMD ataupun tetap berada di bawah Dinas Perhubungan DKI.

"Kita lagi mau benahi nih. Mungkin mau kita ganti lagi Kepala UP-nya, atau bagaimana?" kata Basuki.

Sebelumnya, tidak ramahnya angkutan transjakarta kepada difabel dialami Heru (43) yang merupakan penyandang tunanetra. Meski transjakarta memberikan kenyamanan kepadanya, dia juga mengaku bingung karena adanya transit di setiap halte. Pada Minggu (20/10/2013) siang lalu, ia naik transjakarta hendak berkunjung ke rumah saudaranya di Kalideres.

Dari rumah, ia naik transjakarta tujuan Pinang Ranti-Pluit dan harus transit di Halte Grogol untuk naik transjakarta tujuan Kalideres. Saat naik transjakarta dari Halte Pinang Ranti, dia sudah memberikan informasi kepada petugas on board mengenai tujuannya hendak ke Kalideres. Sampai di Halte Grogol untuk transit, tidak ada petugas yang berjaga untuk menemaninya. Malah, petugas yang ada meminta tolong kepada penumpang untuk menemani Heru menuju halte transit Kalideres.

"Saya suka agak keder (bingung) kalau transit di halte transjakarta," ujar Heru kepada Kompas.com, Minggu, (20/10/2013) lalu.

Menurut Heru, sebenarnya sistem transit bisa diatasi bila ada petugas yang khusus mendampingi para difabel saat harus berjalan di setiap halte transit. Namun, sering kali saat sedang transit di halte transjakarta, ia justru jalan menuju pintu keluar.

Heru yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang pijit panggilan di sekitar daerah Pondok Gede, Jakarta Timur, ini mengaku lebih mudah menggunakan bus karena di samping mudah menghapal jalannya, ia juga tidak perlu dibuat berputar-putar seperti saat naik transjakarta. Namun, untuk kenyamanan di dalam bus, ia lebih memilih menggunakan transjakarta. Sementara jika naik angkutan umum seperti mikrolet, dia mengaku khawatir dengan faktor keamanannya. 

Dia berharap, kelak transportasi umum lebih ramah dengan difabel seperti dirinya. Bukan hanya transjakarta dan bus, dia juga berharap kereta pun ramah dengan mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com