Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebar Kali Menyempit Dipenuhi Rumah Warga, Jokowi Hanya Geleng-geleng Kepala

Kompas.com - 25/11/2013, 16:24 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com —
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya begitu blusukan melihat kondisi Kali Sunter, saluran yang berbatasan dengan Kecamatan Duren Sawit dan Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (25/11/2013).

Betapa tidak, lebar kali tersebut yang tadinya 8 meter kini menyempit drastis hingga menjadi 2 meter. Sejumlah warga mengambil alih lahan tersebut untuk dijadikan permukiman semipermanen.

Semula, Jokowi mengecek lokasi pengerukan di ruas kali yang berada tepat di samping Jalan I Gusti Ngurah Rai. Setelah turun ke aliran kali, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Jakarta Manggas Rudi Siahaan memberi tahu bahwa di ruas lainnya, aliran kali hanya dua meter lantaran diserobot oleh ratusan rumah semipermanen.

Jokowi pun lantas memantau ke kawasan permukiman tersebut dengan dibuntuti ratusan warga. Dia menelusuri liku-liku gang kecil yang seharusnya merupakan aliran kali, tetapi telah berubah menjadi perkampungan kumuh.

Sesampainya di saluran yang menyempit, tepatnya di jembatan selebar satu meter, ia menghentikan langkah. "Ck..ck..ck..ck, kayak gini gimana coba," ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali melihat kondisi sekelilingnya.

Jokowi menuding, tidak tegasnya penegakan hukum mengakibatkan masyarakat bertindak semena-mena dan melanggar peraturan. Hal tersebut terjadi bertahun-tahun tanpa ada suatu solusi sehingga menjadi suatu kewajaran.

"Ini masih mendinglah, ada jalan inspeksinya meski cuma berapa ratus meter. Memang tak boleh ada rumah di bantaran," ujarnya.

Kepala Pengawas dan Pengendali Normalisasi Kali Sunter Dinas Pekerjaan Umum DKI Subandi mengungkapkan, berdasarkan sosialisasi normalisasi kali kepada warga sekitar, didapatkan data bahwa ada 150 meter ruas kali yang dipenuhi rumah warga.

Di atasnya, bermukim sebanyak 180 kepala keluarga. "Ada yang mengaku punya sertifikat, ada yang mengaku pakai girik saja," ujarnya.

Dinas PU, lanjut Subandi, baru melakukan sosialisasi normalisasi kali, sementara sosialisasi relokasi belum dilakukan. Soal itu, ia menyerahkannya kepada Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta sebagai pemegang kebijakan tertinggi yang memutuskan.

Pihaknya pun hanya fokus ke pekerjaan normalisasi kali ini saja. Lantas, apa tanggapan Jokowi soal kapan warga direlokasi? Ia hanya mengangkat bahu sambil berbicara pelan, "Rusunnya dulu. Tanpa itu ndak bisa buat apa-apa," ujar Jokowi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com