Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susah Payah Menyelamatkan Korban KRL dari Kerumunan Warga...

Kompas.com - 09/12/2013, 15:52 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — "Minggir-minggir! Jangan ganggu orang kerja!" teriak seorang petugas pemadam kebakaran. Suara keras itu ditujukan kepada kerumunan warga yang menghalanginya mengulur keran untuk memadamkan api. Sudah hampir dua jam mereka bekerja. Namun, api di truk tangki milik Pertamina, yang mengalami tabrakan dengan KRL Serpong-Tanah Abang di Pondok Bentung, Bintaro, Jakarta Selatan, itu belum juga padam.

Wajah yang mulai letih sudah terlihat di wajah-wajah para pemadam kebakaran itu. Truk bermuatan bahan bakar minyak serta cuaca panas membuat api itu sulit dipadamkan. Teriakan lantang para petugas pemadam api itu terpaksa disuarakan karena warga masih saja tidak mau membuka jalan meski telah diperingatkan dengan cara sopan. Beberapa warga memang sempat minggir untuk memberi jalan. Namun, lebih banyak yang ingin menyaksikan kejadian tragis itu. Beberapa di antaranya hanya mengambil gambar berupa foto dan video tanpa memberi pertolongan.

Akhirnya, dengan perjuangan tanpa lelah, petugas pemadam berhasil mematikan api yang sempat berkobar pada truk dan gerbong depan kereta. Namun, perjuangan keras kembali terjadi pada saat evakuasi korban berlangsung. Petugas evakuasi bersusah payah mengangkat dua korban yang terjepit di sela-sela kereta karena tidak sempat melarikan diri.

Kali ini tak hanya petugas pemadam kebakaran, tetapi petugas lain, seperti kepolisian, TNI, Palang Merah Indonesia, hingga dinas sosial juga turut membantu. Namun, petugas lagi-lagi mengalami kesulitan karena warga kembali mengerumuni gerbong wanita. Warga penasaran ingin melihat bagaimana nasib korban dalam gerbong terdepan di kereta itu.

Bisa dikatakan, kali ini kondisinya lebih parah karena warga berkumpul dalam jarak yang lebih dekat. Karena api sudah padam, warga tidak khawatir akan ada sesuatu lagi yang melukai mereka jika berada sangat dekat di lokasi kejadian.

"Tolong yang tidak berkepentingan minggir, ya!" kata seorang tentara dengan nada keras.

Peringatan itu juga dilakukan secara berulang oleh petugas lain. Namun, hanya sedikit warga yang memenuhi perintah itu. Yang lain tetap sibuk menyaksikan para petugas yang sedang bersusah payah mengevakuasi korban. Ada pula warga yang nekat merokok di dekat truk tangki bermuatan bahan bakar yang meledak tersebut.

"Setiap ada kejadian pasti selalu seperti ini. Warga ramai-ramai melihat, jadi kita selalu kesulitan," ujar Pepih (35), salah satu petugas PMI, yang baru saja mengambil jatah istirahatnya setelah hampir satu jam belum berhasil mengevakuasi korban.

Hingga berita ini ditayangkan, belum ada keterangan resmi mengenai jumlah korban meninggal maupun luka-luka akibat kejadian itu. Namun, dapat dipastikan bahwa dua orang meninggal dunia dan puluhan korban luka dirawat di Rumah Sakit dr Sutoyo, Jalan Veteran, Bintaro. Jumlah korban meninggal kemungkinan bertambah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com