Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjualan Lahan GPIB Immanuel Rp 3,7 Juta Per Meter Dipertanyakan

Kompas.com - 19/12/2013, 14:10 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Lahan di belakang GPIB Immanuel telah dijual seharga Rp 3,7 juta per meter dengan total Rp 78 miliar. Nilai penjualan yang murah ini dipertanyakan oleh Majelis Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB).

Ketua Majelis Jemaat GPIB Gideon, Kramat, Rohadi, menjelaskan, penjualan tanah tersebut memang sudah berdasarkan kesepakatan Majelis Sinode se-Indonesia. Berdasarkan persidangan tahunan yang dilakukan di Makassar pada Februari 2013 disepakati seluruh peserta persidangan bahwa sebagian lahan tanah di Pejambon, belakang GBIP Immanuel, akan dilepas.

Keputusan tersebut, kata Rohadi, dengan syarat tanah tersebut dijual untuk kebutuhan TNI. Pembeliannya pun menggunakan dana APBN.

"Namun pada praktiknya, ternyata lahan tersebut diduga sudah berpindah tangan ke PT Palace Hotel. Masalah bermula dari situ. Nilai jual appraisal independence pun tidak dilakukan, hanya Rp 3,7 juta per meter. Buat kita, tanah di daerah Pejambon yang juga ring satu, nilai yang sangat kecil itu," kata Rohadi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (19/12/2013).

Berdasarkan NJOP 2013, kisaran tanah di Gambir, Jakarta Pusat, mencapai Rp 10 juta hingga Rp 13 juta per meternya.

Rohadi menjelaskan, konflik ini lebih pada konflik internal antar-GPIB Immanuel dengan Majelis Sinode. Ia mempermasalahkan alasan pihak Majelis Sinode sehingga bisa melakukan penjualan lahan dengan harga semurah itu tanpa kajian khusus, dan mengubah menjadi lahan komersial.

Dari sisi internal, ia menginginkan adanya pertanggungjawaban dan transparansi dari Majelis Sinode. Menurutnya, untuk mengubah lahan cagar budaya tersebut menjadi lahan komersial, atau dipindah tangan, harus ada izin dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI. Izin tersebut ditandatangani oleh Gubernur DKI Jakarta, dan keputusan terakhir disetujui oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Menurut Rohadi, pihaknya telah mengirim surat kepada Disparbud DKI dan kepada fungsionaris Majelis Sinode tentang kesalahan menjual cagar budaya.

"Para fungsionaris masih bersikukuh kalau penjualan lahan swasta itu sah-sah saja. Bagi kita dalam konteks gereja, selain cagar budaya, ini kan juga untuk beribadah," ujar Rohadi lagi.

Menurut Rohadi, penjualan lahan tersebut dilakukan pada 25 Juli 2013 dengan transaksi sebesar Rp 78 miliar, yang dibayarkan Direktorat Perhubungan Angkatan Darat (Dithubad). Di atas tanah GPIB berdiri juga kantor Batalyon Perhubungan Markas Besar TNI AD.

Oleh karena itu, dia meminta Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta menelusuri permasalahan ambil alih lahan belakang GPIB Immanuel, Jakarta Pusat, tersebut.

"Kami meminta Pemprov DKI untuk mengecek kasus ini. Karena penjualan lahan itu melanggar Undang-Undang (UU) Cagar Budaya," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satu Motor Warga Ringsek Diseruduk Sapi Kurban yang Mengamuk di Pasar Rebo

Satu Motor Warga Ringsek Diseruduk Sapi Kurban yang Mengamuk di Pasar Rebo

Megapolitan
Soal Wacana Duet Anies-Sandiaga pada Pilkada Jakarta 2024, Gerindra: Enggak Mungkinlah!

Soal Wacana Duet Anies-Sandiaga pada Pilkada Jakarta 2024, Gerindra: Enggak Mungkinlah!

Megapolitan
Viral Video Plt Kadis Damkar Bogor Protes Kondisi Tenda di Mina, Pj Wali Kota: Ada Miskomunikasi

Viral Video Plt Kadis Damkar Bogor Protes Kondisi Tenda di Mina, Pj Wali Kota: Ada Miskomunikasi

Megapolitan
Bentrok Dua Ormas di Pasar Minggu Mereda Usai Polisi Janji Tangkap Terduga Pelaku Pembacokan

Bentrok Dua Ormas di Pasar Minggu Mereda Usai Polisi Janji Tangkap Terduga Pelaku Pembacokan

Megapolitan
Tak Mau Sukses Sendiri, Perantau Asal Gunung Kidul Gotong Royong Bangun Fasilitas di Kampung

Tak Mau Sukses Sendiri, Perantau Asal Gunung Kidul Gotong Royong Bangun Fasilitas di Kampung

Megapolitan
Kisah Dian, Seniman Lukis Piring yang Jadi Petugas Kebersihan demi Kumpulkan Modal Sewa Lapak

Kisah Dian, Seniman Lukis Piring yang Jadi Petugas Kebersihan demi Kumpulkan Modal Sewa Lapak

Megapolitan
Sempat Sidak Alun-alun Bogor, Pj Wali Kota Soroti Toilet hingga PKL di Trotoar

Sempat Sidak Alun-alun Bogor, Pj Wali Kota Soroti Toilet hingga PKL di Trotoar

Megapolitan
Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Megapolitan
Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Megapolitan
Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Megapolitan
Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Megapolitan
Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Megapolitan
Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Megapolitan
PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil 'Survei Langitan'

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil "Survei Langitan"

Megapolitan
Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com