Warga yang terpaksa mandi menggunakan air tanah membuat banyak di antara mereka yang mengalami gatal-gatal. Kondisi ini dikeluhkan warga yang sebagian besar adalah buruh.
Sarman (37), salah satu warga, mengatakan terpaksa mengeluarkan uang ekstra untuk mendapatkan air bersih. Air dari tukang pikul air dia beli setidaknya setiap dua hari sekali. "Minimal saya beli 4 pikul air dalam dua hari, per pikul Rp 6.000," sebut dia, Kamis (26/12/2013).
Menurut Sarman, harga air pikulan itu naik dibandingkan saat aliran bersih masih mengalir ke rumah warga. "Setelah tahu air kami mati, tukang air menaikkan harga. Biasanya cuma Rp 4.000 (per pikul)," keluh dia.
Sehari-hari Sarman bekerja sebagai buruh las. Berniat menghemat uang, keperluan mandi dia penuhi dengan air tanah. Untuk dapat memakai air kekuningan tersebut, dua kali penyaringan harus dia lakukan, ditambah pengendapan satu malam.
"(Tapi) saya bukannya ngirit malah jadi tambah banyak keluar uang. Sudah dua kali saya ke dokter mengobati tangan dan kaki saya yang bernanah karena gatal-gatal," lanjut Sarman soal penggunaan air tanah itu.
Bila aliran air pam lancar, kata Sarman, pengeluarannya per bulan untuk air adalah Rp 40.000. Namun dengan kondisi sekarang, kebutuhan air jelas menggerus kantongnya ratusan ribu rupiah per bulan. Sarman pun berharap aliran air bersih ke permukimannya dapat segera kembali lancar.
Ketua Kelompok Kampung Sepatan, Tohir (41), membenarkan bahwa sebanyak 150 rumah di wilayahnya mengalami kesulitan air bersih. Menurut Tohir, aliran air sudah berhenti sejak 24 November 2013.
"Sempat hidup satu hari, lalu mati lagi," kata Tohir. Keluhan soal hal ini, ujar dia, sudah disampaikan secara resmi pada Kamis (12/12/2013) tetapi sampai sekarang tak kunjung ada tanggapan maupun aliran air.
"Setelah datang air tiga truk, sempat mengalir satu hari. Lalu mati lagi sampai sekarang. Saya khawatir anak-anak terserang gatal-gatal," papar Tohir.
Manajer Komunikasi PT Aetra Air Jakarta, Rija Anjulika, mengatakan sempat terjadi kebocoran di 10 titik saluran air menuju wilayah Rorotan, Cilincing. Namun, kata dia, pada akhir November seluruh kebocoran sudah ditambal.
"Di daerah tersebut rawan saluran ilegal," ujar Rija soal penyebab tak sampainya aliran air ke permukiman warga di Sepatan. Untuk membantu warga, kata Rija, perusahaannya menerjunkan tiga truk tangki air.
Soal masih adanya keluhan warga ini Rija mengaku belum tahu detil persoalannya. "Nanti kami cek lagi di lapangan seperti apa," janji dia.