Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekayasa Cuaca Segera Dilakukan di Jakarta

Kompas.com - 13/01/2014, 19:43 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memastikan, rekayasa cuaca di akan segera dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir di Jakarta. Rekayasa cuaca dilaksanakan atas kerja sama tiga pihak, yakni Badan Nasional Penanggulangan Bencana, TNI Angkatan Udara, serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

"Surat permintaannya sudah dibuat tadi pagi sama Pak Lasro (Kepala Biro Organisasi dan Tata Laksana DKI Jakarta)," kata Jokowi kepada wartawan di Balaikota Jakarta, Senin (13/1/2014) sore.

Jokowi mengatakan, belum dapat memastikan kapan rekayasa cuaca bisa dilaksanakan. Namun, ia mengatakan bahwa rekayasa cuaca itu akan dilaksanakan saat musim hujan di Jakarta mencapai puncak.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan puncak hujan di Jakarta terjadi pada Januari dan Maret 2014. "Makanya, saya minta dari sekarang disiapkan segera," ujarnya.

Rekayasa cuaca adalah teknik memecah awan berisi titik hujan sebelum jatuh di tempat tertentu. Caranya, yakni dengan mena burkan garam ke awan tersebut sehingga air di awan itu jatuh. Rekayasan cuaca menelan anggaran hingga mencapai Rp8 miliar.

Secara terpisah, Kepala BNPB Syamsul Ma'arif mengatakan, modifikasi cuaca akan dilakukan pada Selasa (14/1/2014) besok pukul 10.00 WIB di Lapangan Udara (Lanud) TNI AU Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur. "Besok launching pelaksanaan modifikasi cuaca pengendalian banjir Jakarta dengan penyebaran distribusi hujan," kata Syamsul dalam konferensi pers di Kementerian Pekerjaan Umum, Senin (13/1/2014).

Untuk melaksanakan modifikasi cuaca itu, pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 28 miliar. Sebanyak Rp 20 miliar dari Pemprov DKI Jakarta dan Rp 8 miliar dari BNPB. Anggaran itu dialokasikan untuk pelaksanaan modifikasi sepanjang yang dibutuhkan.

Syamsul mengatakan, ada dua pola dalam pelaksanaan modifikasi cuaca, yakni dengan menyemai awan dan menghambat pembentukan awan hujan. Ia meyakini, modifikasi cuaca ini dapat mengendalikan turunnya hujan di Ibu Kota. Teknologi serupa juga pernah dilaksanakan pada tahun lalu. "Jadi, kita memindahkan hujan ke tempat lain, didistribusikan ke laut," kata Syamsul.

Ia mengatakan, persiapan modifikasi cuaca ini telah dipersiapkan sejak 21 November 2013. Adapun beberapa perlengkapan yang disiagakan meliputi partikel generator, pos teknologi di beberapa lokasi di Jakarta, peralatan pesawat Hercules, dan sebagainya. Jika melihat kondisi cuaca di Jakarta saat ini, Syamsul mengatakan, maka Jakarta belum memasuki puncak musim penghujan. Oleh karena itu, modifikasi akan terus dilaksanakan hingga musim penghujan selesai pada Februari maupun Maret.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Profesinya Kini Dilarang, Jukir Liar di Palmerah Minta Pemerintah Beri Pekerjaan yang Layak

Profesinya Kini Dilarang, Jukir Liar di Palmerah Minta Pemerintah Beri Pekerjaan yang Layak

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Lepas 8.000 Jemaah Haji dalam Dua Gelombang

Pemprov DKI Jakarta Lepas 8.000 Jemaah Haji dalam Dua Gelombang

Megapolitan
Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Megapolitan
Rubicon Mario Dandy Turun Harga, Kini Dilelang Rp 700 Juta

Rubicon Mario Dandy Turun Harga, Kini Dilelang Rp 700 Juta

Megapolitan
Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor Ditembak Polisi karena Melawan Saat Ditangkap

Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor Ditembak Polisi karena Melawan Saat Ditangkap

Megapolitan
Warga Cilandak Tangkap Ular Sanca 4,5 Meter yang Bersembunyi di Saluran Air

Warga Cilandak Tangkap Ular Sanca 4,5 Meter yang Bersembunyi di Saluran Air

Megapolitan
Dijanjikan Diberi Pekerjaan Usai Ditertibkan, Jukir Minimarket: Jangan Sekadar Bicara, Buktikan!

Dijanjikan Diberi Pekerjaan Usai Ditertibkan, Jukir Minimarket: Jangan Sekadar Bicara, Buktikan!

Megapolitan
Soal Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pengamat Pendidikan : Kegiatan 'Study Tour' Harus Dihapus

Soal Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pengamat Pendidikan : Kegiatan "Study Tour" Harus Dihapus

Megapolitan
FA Nekat Bunuh Pamannya Sendiri di Pamulang karena Sakit Hati Sering Dimarahi

FA Nekat Bunuh Pamannya Sendiri di Pamulang karena Sakit Hati Sering Dimarahi

Megapolitan
Minta Penertiban Juru Parkir Liar Dilakukan secara Manusiawi, Heru Budi: Jangan Sampai Meresahkan Masyarakat

Minta Penertiban Juru Parkir Liar Dilakukan secara Manusiawi, Heru Budi: Jangan Sampai Meresahkan Masyarakat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com