Napasnya memburu cepat. Ia pun tak henti-hentinya batuk. Menurut Nur Hayati, ia memang telah memiliki riwayat sakit paru-paru. Namun, dua minggu belakangan, yakni ketika rumahnya terendam banjir lebih dari dua meter, sakitnya bertambah parah.
"Ada 16 hari kebanjiran. Yang paling tinggi sampai tinggal atapnya saja kelihatan," tuturnya ketika ditemui Kompas.com, Senin (27/1/2014).
Selama rumahnya terendam, ia sempat mengungsi ke posko pengungsian RW 07 bersama ratusan warga lain. Namun, ia merasa tidak nyaman. Dia tidak bisa tidur karena terus menerus batuk. Kondisi ruangan pun lembab dan pengap.
"Kalau dibawa tidur, batuknya nggak berhenti. Jadi, saya nggak tidur-tidur," katanya.
Dia menuturkan, yang paling parah adalah empat hari lalu. Dia merasa menggigil kedinginan. "Saya sempat berobat, paling di posko-posko yang ada di pengungsian. Diberi obat biar nggak sesak," katanya.
Merasakan penyakit yang makin parah, akhirnya Nur Hayati memutuskan untuk berobat ke rumah sakit. Berbekal surat pengantar dari pengurus RT dan RW yang menyatakan keterangan sebagai warga kurang mampu dan korban banjir, Nur Hayati datang ke RS Budhi Asih untuk mendapatkan pengobatan.
Mei (43), adik Nur Hayati, mengatakan bahwa kakaknya telah sempat diuap akibat sesak napas, serta dipersilakan berobat jalan oleh pihak rumah sakit. Merasa tidak puas, ia pun pindah ke salah satu rumah sakit di kawasan Cawang, Jakarta Timur, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dengan berbekal surat yang sama.
Sayangnya, pihak rumah sakit tersebut menolak dengan alasan pasien tidak punya Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang diperuntukkan bagi warga kurang mampu. "Tadi udah sampai ke UGD. Tapi karena nggak punya KJS, dan kita diminta bayar administrasi, tapi kita nggak mampu, nggak punya uang. Makanya kita nggak boleh," tuturnya.
Sebenarnya, lanjut Mei, Nur Hayati memiliki KJS atas nama dirinya. Namun, karena terdapat data ganda pada kartu yang diterimanya, KJS pun ditarik kembali oleh pihak puskesmas tempatnya tinggal.
"Ditarik dari bulan puasa. Katanya mau dibalikin sehabis Lebaran, tapi sampai sekarang belum dibalikin," ucapnya.
Akhirnya, Nur Hayati pun dibawa kembali ke RS Budhi Asih untuk pemeriksaan. "Tadi udah diperiksa lagi, katanya suruh berobat jalan, nggak dirawat," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.