Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ungkap Kasus Bus Berkarat, Basuki Andalkan Tim Ahli

Kompas.com - 17/02/2014, 10:20 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku Inspektorat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menginventarisasi kerusakan pada bus-bus baru.

Basuki mengaku akan mengandalkan tim ahli yang digandeng Inspektorat untuk membuktikan apa kerusakan itu akibat ketidaksesuaian spesifikasi bus atau tidak.

Dalam isi kontrak kerja antara Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan pemenang tender, disebutkan bahwa bus-bus yang didatangkan bertaraf internasional. Yang mesti dibuktikan oleh tim ahli ialah apakah bus baru yang diketahui dari China dengan lisensi Australia termasuk dalam taraf internasional atau tidak.

"Ini mesti pembuktian ahlinya. Mesti ada perdebatan di sana," ujar Basuki di Balaikota Jakarta, Senin (17/2/2014) pagi.

Jika tim ahli menyimpulkan bus baru itu bertaraf internasional, Basuki mengaku tidak bakal menyerah. Basuki akan menggandeng Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk mengaudit proses tender bus itu.

Adapun temuan kerusakan itu bakal menjadi bekal untuk laporan ke aparat penegak hukum, bisa di kepolisian atau Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Nanti penegak hukum bisa tafsir kasus itu bermacam-macam. Ini kita lakukan supaya ada efek jera," kata Basuki.

Basuki mengaku kasus bus berkarat telah menghambat program pengadaan bus tahun 2014. Namun, Basuki mengaku tidak ada masalah.

Menurut Basuki, lebih baik telat sedikit, tetapi bus yang didatangkan berkualitas baik daripada terburu-buru. Namun, yang terjadi malah tidak sesuai harapan.

Basuki menyatakan, Pemprov DKI Jakarta bakal merampungkan electronic catalog dan electronic purchasing demi pengadaan barang dan jasa. Dengan begitu, dia dapat leluasa secara terbuka menentukan spesifikasi apa yang dikehendaki.

"Kita juga bisa masukkan, oh perusahaan ini. Busnya sudah dipakai di beberapa negara. Kita terus bisa masukin," terangnya.

Sebelumnya diberitakan, 5 dari 90 bus transjakarta dan 10 dari 18 BKTB—semuanya bus baru—mengalami kerusakan pada komponennya. Banyak komponen berkarat, berjamur, dan beberapa instalasi tampak tidak dibaut.

Bahkan, ada bus yang tidak dilengkapi dengan fanbelt. Kondisi itu memicu tidak beroperasinya sejumlah unit bus seusai diluncurkan Jokowi, beberapa waktu lalu. Banyak mesin bus yang cepat panas, mesin sulit dinyalakan, proses kelistrikan sulit karena korosi di kepala aki.

Setelah diusut, rupanya ditemukan juga kejanggalan dalam proses pengadaan bus. Pihak yang mendatangkan bus, yakni PT San Abadi, bukan pemenang tender. Terungkap bahwa PT San Abadi merupakan subkontrak PT Saptaguna Dayaprima, satu dari lima pemenang tender.

Hal ini dipertanyakan mengingat situasi demikian memungkinkan adanya mark up anggaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com