Ruang kerja tersebut menjadi ruang pertama yang dikunjungi oleh Basuki, dalam kegiatan yang dimulai sekitar pukul 13.30. Bersama dengan sekitar tujuh stafnya, ia langsung menuju ruangan yang terletak di lantai empat itu.
"Wah, perasaan dulu waktu masih Pak Fadjar (mantan Sekda DKI Fadjar Pandjaitan) furniturnya belum begini," ucap Basuki saat pertama kali melihat ruangan tersebut.
Ruangan kerja Sekda DKI memang berbeda dengan ruang kerja Basuki. Jika lantai di ruang kerja Basuki tidak tertutup dengan karpet, di ruangan tersebut, seluruh lantainya tertutup oleh karpet tebal. Selain itu, dinding-dinding di ruang kerja Sekda DKI juga dilapisi dengan material kayu.
Tak hanya itu, ruang kerja Sekda DKI juga memiliki ukuran jendela yang luas. Dari ruangan ini, juga bisa terlihat kawasan Tugu Monas dan bangunan-bangunan sekitarnya dengan lebih jelas.
Sementara itu, ruang kerja Basuki memiliki ukuran jendela yang lebih kecil dan berada di lantai dua. Saat ini, ruangan tersebut belum ada yang menempati. Sebab, setelah mundurnya Fadjar Pandjaitan pada pertengahan 2013, Pemprov DKI belum memiliki seorang sekretaris daerah definitif. Pelaksana Tugas Sekda DKI Wiriyatmoko lebih memilih menempati ruang kerja di posisi aslinya sebagai Asisten Gubernur bidang Pembangunan.
"Kalau gitu aku mau pindah ke sini ajalah," ujar pria yang akrab disapa Ahok itu.
Di ruangan tersebut pula Basuki merasakan kursi kerja yang lebih nyaman dibanding kursi kerjanya. Selama ini, ia merasa kursi kerjanya tidak enak untuk digunakan kerja karena posisinya yang sangat menyandar.
"Nah, ini baru enak. Kursi saya bikin kejengkang, selama ini saya pakai kursi rapat," ujarnya.
"Iya, kursi Bapak malah enaknya buat tidur-tiduran," jawab salah seorang stafnya.
Setelah sekitar 15 menit berada di ruang itu, Basuki pun melanjutkan perjalanannya ke kantor-kantor lainnya.
Ia langsung menuju kantor BPKD dan kantor Biro Hukum di lantai 9. "Enak blusukan kayak gini, tidak perlu panas-panas, he-he-he," ujar Basuki.
Dari lantai 9, Basuki kemudian menuju kantor BPKD bidang Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di lantai 14, kantor BKD di lantai 20 dan 21, kantor satpol PP di lantai 5, dan diakhiri dengan mengunjungi kantor pengolahan data elektronik di lantai 3. Blusukan itu berakhir sekitar pukul 14.30.
Setelah sekitar 15 menit berada di ruangannya kembali, tiba-tiba seorang stafnya membawa sebuah kursi baru untuknya. Basuki terkejut karena keluhan yang ia sampaikan mengenai kursi kerjanya yang kurang nyaman baru disampaikannya kurang dari tiga jam. Basuki lalu mencoba kursi tersebut. Setelah itu, ia menyatakan bahwa kursinya terasa nyaman dan berbeda dari kursinya yang lama.
"Serasa naik mobil Jerman. Ternyata, blusukan-nya tidak sia-sia, dapat kursi baru," ujarnya sambil terkekeh.
Namun, ia sempat mempertanyakan dari mana asalnya kursi tersebut. Sebab, kedatangannya tergolong cepat, tak lama setelah ia menyampaikan keluhan soal kursi kerjanya.
"Wah, ini nyolong di mana kursinya," tanya dia kepada stafnya itu.
"Kursinya masih baru, Pak. Belum pernah dipakai. Ini persediaan kita di Biro Umum, pengadaan barang tahun lalu," ujar stafnya itu.
Mendengar jawaban itu, Basuki malah geram. Ia pun mempertanyakan kenapa kursi pengadaan tahun lalu dibiarkan begitu saja. Terlebih lagi, kursi tersebut memang diperuntukkan untuk gubernur, wakil gubernur, dan sekda.
"Kalau betul begitu, kenapa kemarin saya dikasih kursi yang itu (sambil menunjuk kursi lamanya), jadi kursi ini (yang baru diantar) untuk siapa? Diumpetin buat siapa ini kursi. Pak Jokowi juga tidak dikasih, punya dia bukan yang seperti ini kok," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.