Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KRL Mania: Semua Kursi Harus Jadi Kursi Prioritas

Kompas.com - 17/04/2014, 11:04 WIB
Agita Tarigan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — KRL Mania, komunitas pengguna setia kereta rel listrik (KRL), menyayangkan kecaman wanita muda terhadap ibu hamil di sosial media Path beberapa waktu lalu. Terkait dengan hal ini, KRL Mania mengimbau pengguna KRL untuk menjadikan semua kursi sebagai kursi prioritas.

“Semua kursi harusnya dianggap sebagai kursi prioritas,” kata Nurcahyo, Koordinator KRL Mania, kepada Kompas.com, Kamis (17/4/2014).

Nurcahyo mengatakan, kecaman yang dilakukan Dinda melalui akun Path-nya beberapa waktu lalu seharusnya tak perlu terjadi. Namun, dia mengerti, kemungkinan kondisi badan Dinda yang sedang letih menjadi alasan mengapa akhirnya ia menulis kecaman terhadap ibu hamil itu.

Nurcahyo menilai kesadaran sebagian kecil masyarakat masih kurang terhadap orang-orang yang diutamakan untuk menggunakan kursi prioritas tersebut. Padahal, sudah tertera pada dinding KRL bahwa orang-orang yang diutamakan menggunakan tempat duduk prioritas antara lain adalah penumpang lansia, wanita hamil, orang cacat, dan orang-orang yang membawa anak balita.

Menurut Nurcahyo, usaha pemerintah memasukkan kelompok-kelompok tersebut ke dalam kaum prioritas di KRL merupakan tindakan yang benar. Mereka memang membutuhkan perlakuan khusus karena kondisi tenaga mereka memang berbeda.

Sebagian besar pengguna KRL, kata dia, sudah menyadari hal tersebut. Namun, sebagian kecil masyarakat ternyata harus diingatkan kembali.

Komunitas KRL Mania mengimbau agar masyarakat dapat menjadikan semua kursi di KRL sebagai kursi prioritas. Maksudnya, kelompok yang diprioritaskan dalam KRL tak harus selalu ditempatkan di bangku prioritas, tetapi di setiap bangku. Hal ini mengingat terbatasnya jumlah bangku prioritas yang tersedia di KRL. Apalagi bila kereta dalam keadaan penuh, bangku tersebut pun sulit dijangkau.

Nurcahyo mengatakan, sudah seharusnya penumpang lain langsung berdiri dan memberikan tempat duduk bila melihat penumpang prioritas yang tak mendapat tempat duduk. Tak harus dipermasalahkan apakah bangku tersebut termasuk kursi prioritas atau tidak.

"Kesadaran akan kebutuhan berbeda para kelompok inilah yang harus ditumbuhkan melalui penghapusan status bangku prioritas, dan memulai kesadaran baru untuk menganggap bahwa para kelompok prioritas memang perlu mendapat perlakuan khusus," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com