"Masyarakat harus waspada dengan berbagai modus yang dilakukan oleh penjual uang. Bisa saja uang palsu diselipkan," ujar Siswo kepada Kompas.com, Kamis (10/7/2014).
Siswo mengatakan, dia tidak melarang pembelian uang oleh masyarakat di pinggir jalan. Namun, dia meminta masyarakat waspada terhadap tiap lembar uang yang dibelinya.
Bisa saja terselip uang palsu di dalamnya, atau jumlah uang yang dibeli tidak sesuai dengan yang seharusnya. "Bisa saja kita belinya 100 lembar, tapi dapatnya kurang dari itu," ujarnya.
Siswo juga mengingatkan penjual uang sendiri karena bisa jadi justru mereka yang menjadi korban peredaran uang palsu. Selain itu, tempat transaksi juga di pinggir jalan yang terhitung rawan kejahatan. "Penjual uang harus waspada terhadap risiko tersebut," ujar Siswo.
Sebelumnya, jasa penukaran uang menjelang Lebaran sudah mulai marak di Kota Bekasi. Mereka mudah ditemui di pinggir jalan-jalan protokol, seperti Jalan Raya Kalimalang.
Salah satunya, Tianar Hutapea, penjual jasa penukaran uang baru di pinggir Jalan Raya Kalimalang. Dia mengaku mulai berjualan sejak tiga hari yang lalu. Dengan menggunakan angkutan umum, dia menuju Kalimalang dari rumahnya di kawasan Pulo Gadung.
"Rumah saya di Pulo Gadung, sudah 14 tahun di sana. Saat Ramadhan seperti ini, sudah tiga tahun, ya berjualan uang ini untuk dapat THR," ujar Tianar.
Tianar mengambil untung sebanyak 20 persen dari tiap lembar uang yang dijualnya. Untuk penukaran uang sebesar Rp 200.000, Tianar menjualnya seharga Rp 220.000. Untuk uang sebesar Rp 1.000.000, Tianar menjualnya seharga Rp 1.200.000.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.