Di hadapan para lurah, camat, anggota babinsa, dan babinkamtibmas pada silaturahim sinergi tiga pilar di GOR Soemantri Brojonegoro, Kamis (25/9/2014) ini, pria yang akrab disapa Ahok itu bercerita soal kekhawatiran yang dirasakan dua orang terdekatnya itu.
Oleh karena itu, ia harus menerima segala risiko yang ada, termasuk melawan semua pihak yang menolaknya menjadi gubernur DKI. Sebab, naiknya dia menjadi gubernur DKI itu telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
"Bagaimana mau hidup kalau hanya takut kepada sekelompok orang? Ya sudahlah ini nasib, tidak ada pilihan lagi. Kalau saya terbunuh, berarti sudah digariskan Tuhan. Minimal asuransi untuk keluarga kan sudah cukup karena nanti yang repot itu keluarga yang ditinggal mati. Kalau kitanya yang mati mah tinggal lewat saja. Ha-ha-ha...," cerita Ahok diiringi tawa berderai.
Basuki menyadari dia adalah warga "triple minority" di Ibu Kota sehingga jika ia naik menjadi gubernur DKI, akan banyak pertentangan dan gesekan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, ia meminta bantuan kerja sama dari Polda Metro Jaya dan Kodam Jaya untuk menjaga kondisi Jakarta selalu kondusif. Ke depannya, lanjut dia, akan banyak pihak yang coba memecah belah bangsa Indonesia dengan mengangkat isu suku agama ras dan antargolongan (SARA).
"Misalnya, ada yang bilang kalau saya melarang penyembelihan hewan kurban di sini dan mereka bilang, 'Inilah akibat kafir yang memimpin Jakarta'. Isu-isu ini gampang dimainkan oleh sekelompok orang yang sudah kehilangan lahan rezeki mereka. Kami harapkan situasi seperti ini yang sudah bisa diantisipasi dari awal," pungkas Basuki diiringi tepuk tangan para undangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.