Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tawarkan Ginjal demi Si Buah Hati

Kompas.com - 25/09/2014, 16:10 WIB
KOMPAS.com — Perasaan Junaedi (35) bercabang, antara sedih dan gembira. Buah pernikahannya dengan Sumaidah (39) baru saja lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Jakarta Utara, Minggu (23/9/2014) sore. Namun, ongkos persalinan sebesar Rp 7 juta segera "menerornya".

Junaedi pontang-panting mencari jalan keluar. ”Saya tunjukkan KJS (kartu Jakarta sehat), tetapi petugas menolaknya karena nama dan nomor induk kependudukan (NIK) tak sesuai KTP (kartu tanda penduduk) dan KK (kartu keluarga),” ujarnya.

Buruh serabutan, warga Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, itu kehabisan akal. Tanpa pikir panjang lagi, dia menawarkan ginjalnya.

”Saya minta tolong Sunarto (25), teman saya, untuk membantu menjualkan ginjal Rp 7 juta untuk menebus biaya persalinan. Sunarto punya banyak kenalan,” kata Junaedi.

Akan tetapi, Sunarto menolak. Dia menyarankan Junaedi mencari cara lain. Sebab, tidak mudah menjual organ tubuh, setidaknya butuh waktu lama.

Selasa pagi, Junaedi mencari bantuan. Dia akhirnya menghubungi Ricardo Hutahaean (38), aktivis sosial, untuk memecahkan kebuntuan soal kepesertaannya dalam program jaminan sosial. Harapannya, Junaedi bebas biaya persalinan dan perawatan anak dan istrinya.

Junaedi mengaku tak tahu kenapa NIK tak sama antara KTP dan KJS. Nama istrinya malah jauh beda. Di KJS tertera nama Niah, sementara di KTP Sumadiah. ”Tahun lalu tidak sempat mengurus pembetulan data yang salah itu,” ujarnya.

Selama ini, kata Junaedi, dia mengakses layanan kesehatan di puskesmas secara gratis dengan menunjukkan KJS. Dia bahkan beberapa kali memanfaatkannya untuk memeriksakan kehamilan istrinya delapan bulan terakhir.

Gratis

Kepala Bidang Pelayanan RSUD Koja Desma Eri mengatakan, tidak ada masalah dengan biaya persalinan Sumadiah. Hingga Rabu sore, Junaedi tidak diminta membayar satu sen pun.

Setelah ditelusuri, Junaedi dan istrinya diketahui sebagai peserta program jaminan kesehatan masyarakat. Namun, Junaedi diminta segera mengurus kepesertaan bayinya dalam program jaminan kesehatan nasional.

Bayi Junaedi tidak lahir dengan persalinan normal. Menurut Desma, sang bayi masih butuh perawatan sehingga tidak bisa segera diajak pulang. ”Kami tidak menahannya, bayi itu butuh perawatan di perinatologi,” ujarnya.

Menurut Ricardo, kesalahan dalam pendataan atau pencetakan membuat peserta repot. Kesalahan itu seharusnya tidak menghalangi warga dalam mengakses layanan kesehatan. (MKN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com