Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Tol Bukan Lagi Jawaban

Kompas.com - 29/09/2014, 14:54 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Kemacetan tetap terjadi di Tol Dalam Kota meskipun telah diimbangi Tol Lingkar Luar Jakarta. Di sisi lain, kemacetan di ruas-ruas jalan di Jakarta yang berbatasan dengan daerah penyangga tak juga terurai. Pembenahan angkutan publik menjadi sangat mendesak untuk mengurai beban kemacetan.

Jakarta Timur, misalnya, merupakan simpul utama pergerakan penduduk ke tengah Jakarta dari daerah penyangga Bekasi, Depok, dan Bogor. Setiap hari, laju urban ulang alik memadati ruas-ruas jalan di Jakarta Timur, termasuk di jaringan kereta rel listrik dan bus.

Jabodetabek Public Transportation Policy Implementation Strategy (Japtrapis) mencatat tak kurang dari 2,5 juta perjalanan datang dari Bekasi. Sementara itu, kontribusi dari Bogor dan Depok sebesar 2,2 juta perjalanan, meskipun itu terbagi dengan Jakarta Selatan, dan kontribusi dari Tangerang 2,1 juta perjalanan melintasi wilayah barat Jakarta.

Volume perjalanan dari daerah penyangga itu memberikan kontribusi hampir separuh dari total volume perjalanan di Jakarta sebanyak 18,7 juta perjalanan. Di tengah kota, kemacetan terjadi di setiap ruas jalan, termasuk jalan tol. Di Tol Dalam Kota, volume kendaraan 500.000 unit per hari, sementara di Tol JORR mencapai 400.000 unit per hari.

Bahkan, pengoperasian Tol JORR W2 utara tetap tak mampu mengurangi kemacetan di Tol Dalam Kota ruas Cawang-Semanggi. Di ruas Tol Dalam Kota itu kemacetan tetap mengular. Hanya volume kendaraan berkurang 11,2 persen, dari 330.000 menjadi 300.000 kendaraan.

Direktur Operasional PT Jasa Marga Hasanudin mengungkapkan, PT Jasa Marga tak akan bisa menyelesaikan kemacetan di dalam tol sendirian, tanpa ada dukungan dari pihak lain. Sebab, ada ketidakseimbangan antara volume kendaraan dan jalan tol yang tersedia.

Pembenahan angkutan

Pengamat transportasi sekaligus anggota Masyarakat Transportasi Indonesia, Tri Tjahjono, mengatakan, sesungguhnya masyarakat tak perlu dipaksa untuk pindah ke angkutan umum, selama pelayanan angkutan umum baik. Nyatanya, pelayanan angkutan umum di Ibu Kota ini masih jauh dari baik.

Bus dan angkutan kota di Jakarta perlu segera dibenahi agar lebih efisien, dimulai dari pembenahan pada angkutan kota yang dikelola perseorangan, seperti mikrolet, metromini, dan jenis angkutan kota lainnya. Para pemilik angkutan kota itu harus segera berhimpun menjadi satu koperasi sehingga pengoperasian angkutan kota dapat disesuaikan dengan kebutuhan penumpang.

Saat ini yang terasa membaik baru kereta listrik sehingga diminati sebagai transportasi ideal bagi publik. Nyaris setiap jam terjadi kepadatan penumpang. Hal itu bukan disebabkan kurangnya kereta, melainkan karena penumpangnya bertambah. Sementara itu, belum ada penambahan loop line atau jalur lingkar tak sebidang sehingga perjalanan kereta masih terbatas.

Isnaini (28), karyawati di Jakarta Timur, mengatakan, sejak stasiun-stasiun dibersihkan dari pedagang kaki lima, penumpang merasa lebih aman. Sebelum penertiban, mustahil mengeluarkan telepon seluler di stasiun karena khawatir dijambret. ”Sekarang, saya tidak khawatir mengeluarkan telepon genggam,” kata warga Kebayoran ini.

Selain memperbaiki layanan dan kualitas angkutan publik, tambah Tri Tjahjono, perlu segera integrasi antar-angkutan umum dan keterhubungan antarwilayah. Kebutuhan integrasi ini sudah diharapkan sejak 1985.

Hal itu terbukti dari tetap eksisnya areal parkir di samping Kampus UKI, Cawang, Jakarta Timur. Lahan kosong ini sudah menjadi areal parkir kendaraan para pelaju dari Depok yang bekerja di tengah Jakarta, ataupun sebaliknya warga Jakarta yang bekerja di kawasan Bekasi.

Sarif (48), pengelola areal parkir itu, mengungkapkan, bertahun-tahun jumlah kendaraan yang parkir tak pernah turun. Di atas lahan itu, 300 sepeda motor dan lebih dari 20 mobil pribadi dan bus terparkir.

Emon (35), penjaga di areal parkir milik Sarif, mengungkapkan, biasanya pada Senin dini hari para pelaju mulai memadati areal parkir. Bagi yang mengemudikan mobil, tak sedikit yang datang sejak pukul 03.00 untuk menghindari macet di Tol Jagorawi.

Pada Jumat malam hingga Minggu, jumlah kendaraan yang parkir berkurang sampai separuh karena umumnya dibawa pulang oleh para pemiliknya. ”Biasanya mereka tidur dulu di mobil, menjelang pagi baru berangkat kerja naik bus,” katanya.

Mengatasi kemacetan Jakarta tak cukup hanya membenahi pelayanan dan integrasi angkutan umum di Jabodetabek, tetapi juga perlu pembangunan infrastruktur pendukung, seperti kantong parkir, karena hampir setiap orang di kota ini memiliki kendaraan bermotor. (Madina Nusrat)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cibubur Garden Eat & Play: Harga Tiket Masuk, Wahana dan Jam Operasional Terbaru

Cibubur Garden Eat & Play: Harga Tiket Masuk, Wahana dan Jam Operasional Terbaru

Megapolitan
Fakta-fakta Komplotan Begal Casis Polri di Jakbar: Punya Peran Berbeda, Ada yang Bolak-balik Dipenjara

Fakta-fakta Komplotan Begal Casis Polri di Jakbar: Punya Peran Berbeda, Ada yang Bolak-balik Dipenjara

Megapolitan
Kecelakaan Beruntun di 'Flyover' Summarecon Bekasi, Polisi Pastikan Tak Ada Korban Jiwa

Kecelakaan Beruntun di "Flyover" Summarecon Bekasi, Polisi Pastikan Tak Ada Korban Jiwa

Megapolitan
Kekerasan Seksual yang Terulang di Keluarga dan Bayang-bayang Intimidasi

Kekerasan Seksual yang Terulang di Keluarga dan Bayang-bayang Intimidasi

Megapolitan
Kapolres Tangsel Ingatkan Warga Jaga Keamanan, Singgung Maraknya Curanmor dan Tawuran

Kapolres Tangsel Ingatkan Warga Jaga Keamanan, Singgung Maraknya Curanmor dan Tawuran

Megapolitan
Komika Marshel Widianto Jadi Kandidat Gerindra untuk Pilkada Tangsel 2024

Komika Marshel Widianto Jadi Kandidat Gerindra untuk Pilkada Tangsel 2024

Megapolitan
Babak Baru Konflik Kampung Bayam: Ketua Tani Dibebaskan, Warga Angkat Kaki dari Rusun

Babak Baru Konflik Kampung Bayam: Ketua Tani Dibebaskan, Warga Angkat Kaki dari Rusun

Megapolitan
Pengakuan Zoe Levana soal Video 'Tersangkut' di Jalur Transjakarta, Berujung Denda Rp 500.000

Pengakuan Zoe Levana soal Video "Tersangkut" di Jalur Transjakarta, Berujung Denda Rp 500.000

Megapolitan
Libur Panjang Waisak, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 23-24 Mei 2024

Libur Panjang Waisak, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 23-24 Mei 2024

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Begal Bikin Resah Warga, Polisi Janji Tak Segan Tindak Tegas

Begal Bikin Resah Warga, Polisi Janji Tak Segan Tindak Tegas

Megapolitan
PSI Terima Pendaftaran 3 Nama Bacawalkot Bekasi, Ada Nofel Saleh Hilabi

PSI Terima Pendaftaran 3 Nama Bacawalkot Bekasi, Ada Nofel Saleh Hilabi

Megapolitan
KPAI: Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Meningkat 60 Persen

KPAI: Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Meningkat 60 Persen

Megapolitan
Belum Laku, Rubicon Mario Dandy Rencananya Mau Dikorting Rp 100 Juta Lagi

Belum Laku, Rubicon Mario Dandy Rencananya Mau Dikorting Rp 100 Juta Lagi

Megapolitan
3 Pelaku Begal Casis Polri di Jakbar Residivis, Ada yang Bolak-balik Penjara 6 Kali

3 Pelaku Begal Casis Polri di Jakbar Residivis, Ada yang Bolak-balik Penjara 6 Kali

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com