Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unjuk Rasa dan Pengawal Bersenjata untuk Ahok

Kompas.com - 07/10/2014, 09:48 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Selama dua pekan lalu, kantor Balaikota dan Gedung DPRD DKI Jakarta tempat Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berkantor tak pernah sepi dari aksi unjuk rasa beberapa forum perkumpulan masyarakat, seperti Front Pembela Islam (FPI), Forum Betawi Rempug (FBR), dan Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi). Tujuan mereka sama, yakni menolak pengangkatan Basuki menjadi Gubernur DKI.

Meski banyaknya aksi penolakan dan tindakan anarkistis, Basuki tetap tidak ingin menambah personel pengawalannya yang berasal dari Satuan Brigadir Mobil (Brimob) Polda Metro Jaya.

"Enggak usah (tambah pengamanan), sudah cukup, kok," kata Basuki, di Balaikota, Senin (6/10/2014).

Pengawalan pribadi yang kini melekat pada Basuki sebanyak 10 pengawal pribadi. Pengawal itu dibagi menjadi dua tim yang bertugas bergantian setiap dua hari. Per harinya, satu tim terdiri dari tiga hingga empat personel.

Tiga personel pengawal pribadi di antaranya baru ditambah oleh Polda Metro Jaya pada Senin (15/9/2014) lalu. Penambahan pengawal pribadi itu dilakukan jelang pengangkatan Basuki menjadi Gubernur DKI Jakarta dan mobilitasnya yang semakin tinggi.

Maksimalkan pengamanan

Senada dengan Basuki, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono mengaku, pihaknya tidak akan menambah personel kepolisian untuk mengamankan calon orang nomor satu di Ibu Kota itu. Pihaknya bakal memaksimalkan 10 pengawal pribadi yang melekat pada Basuki. Sebab, lanjut dia, hingga saat ini Basuki masih aman dari berbagai tindak ancaman. Padahal, selama aksi unjuk rasa, tidak sedikit massa yang melontarkan berbagai pernyataan bernada ancaman kepada Basuki.

"Sudah ada pengamanan yang menempel di Pak Ahok, (pengawal) tidak akan ditambah. Kami masih menggunakan pengamanan yang sudah ada, maksimalkan 10 personel kepolisian," kata Unggung.

Pada kesempatan berbeda, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Kepala Daerah dan Kerjasama Luar Negeri (KDH KLN) Heru Budi Hartono menjelaskan, penggunaan pengawal pribadi merupakan hak prerogatif yang didapatkan oleh pimpinan Ibu Kota. Jumlahnya pun disesuaikan dengan tingkat kenyamanan serta kondisi pimpinan. Masing-masing pengawal pribadi dilengkapi dengan senjata.

"Senjata berupa pistol ini bukan karena ada ancaman dari mana-mana ya. Pak Wagub ini warga negara Indonesia yang baik, kok. Saya juga pegang senjata seperti pengawalnya Pak Wagub," kata Heru.

Ketika menjadi Gubernur, lokasi yang bakal dikunjungi Basuki akan semakin banyak. Pengawal pribadi itu, lanjut dia, juga untuk mengamankan lokasi-lokasi yang hendak dikunjungi Basuki. Para pengawal pribadi yang dilengkapi dengan handy talky (HT) itu juga akan saling memberi informasi mengenai kemacetan dan situasi lokasi blusukan.

Banyak musuh, Ahok tak takut mati

Banyak orang terdekat Basuki yang khawatir atas berbagai pernyataan dan sikap Basuki yang memunculkan musuh baru. Misalnya, saat ia memutuskan untuk keluar dari keanggotaan Partai Gerindra, menolak pilkada tidak langsung, kebijakan Pemprov DKI, serta berkomentar terkait DPRD dan FPI. Istrinya, Veronica Tan, tak jarang mengingatkannya untuk lebih berhati-hati dalam bersikap.

Menanggapi hal itu, Basuki mengatakan, jutaan warga menginginkan dapat menjabat sebagai Wagub DKI. Saat ini, Basuki menjadi pihak yang paling beruntung karena mencapai posisi itu dan sebentar lagi akan naik jabatan dan dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo. Sehingga, ia harus menerima segala risiko yang ada. Termasuk melawan semua pihak yang menolaknya menjadi Gubernur DKI. Sebab, naiknya dia menjadi Gubernur DKI itu telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

"Bagaimana mau hidup kalau hanya takut kepada sekelompok orang. Ya, sudahlah ini nasib, tidak ada pilihan lagi. Kalau saya terbunuh, berarti sudah digariskan Tuhan. Minimal asuransi untuk keluarga kan sudah cukup. Karena nanti yang repot itu keluarga yang ditinggal mati, kalau kitanya yang mati mah tinggal lewat saja. Ha-ha-ha," cerita Basuki tertawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Megapolitan
Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Megapolitan
Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Megapolitan
Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Megapolitan
Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Megapolitan
Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com