Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Ria Rio Tak Mau Digusur, Mesin Cuci hingga PC Tablet Rata dengan Tanah

Kompas.com - 15/11/2014, 14:00 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Nanggala Yuda (39) duduk kebingungan di sebuah kasur bekas yang teronggok di antara reruntuhan puing bangunan. Warga yang tinggal di dekat Waduk Ria Rio, Kampung Pedongkelan RT 06 RW 15, Pulogadung, Jakarta Timur, itu meratapi harta bendanya yang hancur bersama tempat tinggalnya.

Yuda tak bisa berbuat apa-apa ketika alat berat meratakan sekitar 200 tempat tinggal, termasuk rumahnya, Sabtu (15/11/2014) pagi. Ia tidak sempat memindahkan barang berharga karena tiada lagi peluang bagi warga untuk menunda penggusuran itu.

"Pagi itu langsung pasukannya banyak kayak begini. Jangankan barang, anak saya saja masih tidur. Untung langsung bangun," kata Yuda di lokasi bekas rumahnya.

Sejumlah barang elektronik dan perabotan rumah miliknya hancur sebelum bisa diselamatkan. "Ada mesin cuci, AC, tablet, spring bed, komputer, semuanya habis," ujarnya.

Yuda menaksir mengalami kerugian hingga Rp 30 juta akibat penertiban oleh petugas gabungan itu. Ia menyesali penggusuran yang merusak barang berharganya itu.

Yuda dan beberapa warga lain belum mau pindah dari rumahnya karena tidak yakin penggusuran dilakukan hari ini. Mereka menyerahkan masalah penggusuran itu pada sebuah tim yang dibentuk warga. Tim ini yang akan melakukan mediasi dengan pemerintah.

Salah satu aspirasi warga yang dibawa oleh tim ini adalah soal ganti rugi. Menurut Yuda, warga setempat meminta ganti rugi sesuai dengan nilai jual objek pajak (NJOP) yang mencapai Rp 1,9 juta per meter persegi.

"Warga mintanya boleh bongkar, tapi ganti ruginya, warga bisa beli tanah dan bangun lagi rumah. Jangan ada penggusuran paksa dulu. Warga maunya pindah dari sini punya rumah lagi, enggak gembel. Di sini kan bukan tanah liar," kata dia.

Ia mengklaim telah meninggali tanah tersebut secara turun-temurun sejak 1960-an. Ia juga mengklaim memiliki sertifikat atas lahan seluas 150 meter persegi yang ditempatinya. Yuda merasa seharusnya ia mendapat ganti rugi. Namun, sampai saat ini belum ada ganti rugi yang ia terima.

Dengan kejadian ini ia berharap pemerintah mau bertanggung jawab. Persoalan tanah warga juga harus segera diselesaikan. "Tanah harus tetap diselesaikan. Terus barang-barang kita yang rusak gimana?" ujarnya.

Pantauan Kompas.com, puluhan warga tampak mengais puing berharga yang tersisa dari reruntuhan bangunan. Ada yang menyelamatkan perabotan, ada pula yang memunguti pakaian mereka yang tertinggal.

Petugas gabungan dari TNI, polisi, dan satpol PP DKI dikerahkan dalam penertiban sejak tadi pagi. Empat alat berat digunakan untuk merobohkan pemukiman warga di sekitar Waduk Ria Rio, di RT 06 dan RT 07 di RW 15. Lahan di bekas bangunan warga itu akan dijadikan taman dan perluasan kawasan waduk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com